Siaran Pers | DETaK
“Memasuki hampir dua bulan penuh pandemi korona, tren pengaksesan dan penjualan buku elektronik Unsyiah Press di Google Book tetap menunjukkan tren yang mencerahkan, seperti yang ditunjukkan dalam dua grafik di bawah”, ungkap Taufiq A. Gani, kepala UPT Percetakan dan Penerbit Unsyiah pada Minggu 3 Mei 2019.
Unsyiah Press adalah penerbitan Unsyiah, anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) dan APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia) teregisterasi di Perpusnas RI untuk pengurusan ISBN. Google Book adalah sebuah toko buku online yang dikelola oleh Google berbasis cloud, dimana pengguna dapat membaca buku yang ditayangkan dan dapat mengorder/membeli sebagai koleksi buku pribadinya di akun Google. Keuntungannya adalah pengguna dapat membaca koleksinya kapan saja, lewat hp atau laptop tanpa direpotkan menyimpan dan membawa koleksi karena sudah tersimpan di cloud.
Taufiq juga menjelaskan bahwa dengan dukungan rektor Unsyiah serta partisipasi aktif para volunter mahasiswa Unsyiah yang direkrut khusus, Unsyiah Press memutuskan untuk eksis di Google Book pada November 2019 yang lalu, sebagai upaya memasarkan koleksi buku yang diterbitkannya. Katalog koleksi Google Book Unsyiah Press dapat diakses pada pranala https://unsyiahpress.unsyiah.ac.id/product-category/google-book/
Selama ini pemasaran buku tersebut sangat terbatas, hanya didominasi oleh relasi penulis dengan lingkungan yang sangat terbatas (mahasiswa sendiri dan koleganya). Sementara itu, diketahui Unsyiah memiliki SDM akademik yang cemerlang. Seperti yang terlihat dari pencapaian publikasi artikel jurnalnya yang akhir-akhir tahun ini sangat membanggakan. Namun hal ini tidak diikuti dengan penulisan dan penjualan bukunya. Padahal buku adalah juga sebuah karya, produk akademik yang memiliki segmen pengguna sendiri dan khas di samping artikel jurnal. Menyadari hal itu, Unsyiah Press berupaya memperbaiki tata-kelola penerbitan menjadi standar lazimnya penerbitan ternama di Indonesia, yaitu menaikkan kapasitas serta kualitas produksi dan mencari peluang pasar baru untuk penjualan buku.
Kondisi Unsyiah Press yang berlokasi diujung pulau Sumatera dengan terbatasnya penduduk yang mau membeli buku, awalnya adalah sebuah kendala untuk memasarkan buku Unsyiah Press. Terlebih lagi saat ini pembatasan aktivitas karena pandemi korona di Indonesia termasuk Aceh menyebabkan bisnis percetakan yang menjadi inti utama terhenti karena aktivitas bersemuka di kampus harus dialihkan di rumah masing-masing. Akibatnya omzet Unsyiah Press terhempas tiba-tiba.
Namun demikian, berdasarkan data yang diberikan oleh Google hari ini (3 Mei 2020), walaupun secara rupiah proporsi penjualan buku lewat lokapasar Google Book masih kecil dari target penjualan keseluruhan, tren menunjukkan bahwa pengaksesan dan penjualan buku elektronik melalui lokapasar ini tetap prospektif. Hal ini dapat dilihat dalam 2 grafik dibawah. Walaupun Pandemi Corona menganggu aktivitas lain selama bulan Maret dan April 2020, Book Visit dan Page View koleksi Unsyiah Press di Google Book, naik dua kali lipat dibandingkan sebelum Pandemi Corona bulan Februari 2020.
Peningkatan kunjungan diatas juga diikuti dengan peningkatan jumlah buku yag terjual yang juga hampir dua kali lipat. Namun diakui jumlah buku yang dihasilkan oleh Unsyiah Press masih sedikit.
“Alhamdulillah Pimpinan Unsyiah pada tahun 2020 ini sudah menaikkan dana hibah penulisan buku untuk dosen Unsyaih sebanyak 2 kali lipat, yang akan diluncurkan bulan ini,”
Harapan Unsyiah Press atas perhatian Pimpinan ini adalah civitas Unsyiah tetap semakin produktif menghasilkan karya buku terbaik sebagai produk utama Unsyiah untuk masyarakat. Harus disadari bahwa buku bagi BLU Unsyiah memiliki 2 nilai penting, yaitu nilai akademik dan nilai finansial untuk mewujudkan visi misi Unsyiah.
Editor: Della Novia Sandra