Beranda Terhangat Belajar Bisnis Melalui Sejarah, Berikut Tips dari Asep Kambali

Belajar Bisnis Melalui Sejarah, Berikut Tips dari Asep Kambali

BERBAGI
Saat berlangsung webinar. 23/10/21 (Fitri Ramadina [AM]/DETaK)

Fitri Ramadina [AM] | DETaK

Darussalam– Sejarawan Indonesia, Asep Kambali, secara daring mengisi webinar nasional yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers DETaK Universitas Syiah Kuala (USK). Kegiatan DETaK Journalist Festival (Dejourest) berlangsung melalui Zoom Meeting pada Sabtu, 23 Oktober 2021.

Dalam pemaparannya, Sejarawan yang lebih akrab disapa Kang Asep ini menjelaskan bagaimana pentingnya menyadari peluang bisnis yang ada di Indonesia.

Iklan Souvenir DETaK

“Banyak ya yang kurang mengenal kalau saya ini seorang pengusaha sejarah, nah konsep ini harus temen-temen gaungkan. Saya lantas juga mendirikan pusat kajian kewirausahaan sejarah. Banyak sekali dari sejarah yang bisa dimonetize dan belum banyak orang yang bermain di sini, artinya dalam istilah bisnis ada namanya blue ocean, temen-temen masih sendirian, masih banyak banget peluang yang bisa dimonetize. Mungkin temen-temen pernah mendengar Jelajah Maha karya Indonesia, nggak? Kemudian pernah lihat minuman air mineral di dalam botol yang dipinggirannya itu ada ‘Temukan Indonesiamu’ yang diluncurkan di Grand Indonesia, di Jakarta. Nah, minuman itu saya yang menjadi brand konsultannya,” jelas Asep.

Asep berujar bahwa semua itu beliau paparkan untuk memancing iri dalam tanda kutip yang positif agar para peserta webinar nasional ini optimis dan percaya bahwa ternyata hal peluang bisnis seperti itu ada dan sangat mungkin untuk dilakukan.

“Dalam pusat kajian itu saya menemukan banyak sekali nilai-nilai yang bahkan privat. Misalnya gini ni, saya mungkin sejarawan termahal di Indonesia saat ini, bayaran saya sehari 100 juta. Itu untuk brand atau multinasional company, saya pernah dibayar semahal itu. Nah, itu satu pekerjaan yang tidak ada di Indonesia bahkan di dunia. Sehingga menjadi sejarawan itu menjadi kebanggaan semestinya, mungkin selain kita populer menjadi figur publik, dikenal masyarakat, masuk media dan seterusnya. Tapi ada banyak pekerjaan yang enggak main-main nih, gitu,” lanjutnya lagi.

Pendiri Komunitas Historia Indonesia ini juga memberi nasehat pada anak muda agar tidak selalu terpaku pada masa lalu, tapi terus berbuat, bangkit dan berjuang untuk masa depan  yang lebih baik.

“Aceh yang dikenal itu adalah kopi sanger. Kalau orang Aceh yang dikenal itu adalah ayam tangkap, makanan-makanannya atau ikan kayu dan sebagainya. Itu kan sudah terkenal ratusan bahkan mungkin ribuan tahun, sama seperti orang Minang, rendang itu sudah dikenal mungkin ratusan bahkan ribuan tahun. Tidak ada yang bisa memastikan kapan rendang ini muncul. Nah, apakah seratus tahun kemudian orang Aceh makanannya masih itu saja? Masih kopi sanger? Masih ayam tangkap? Atau orang Minang, makanannya masih rendang? Lalu di mana generasi muda hari ini yang dia tidak menciptakan apa-apa untuk masa depan. Jadi, kreasikan makanan baru, kreasikan bentuk-bentuk baru, ciptakan hal-hal baru sehingga di masa depan kita menjadi kontributor. Menjadi pencipta untuk masa depan,” pungkasnya.[]

Editor: Cut Siti Raihan