Siaran Pers | DETaK
Darussalam – Presiden Mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Zawata Afnan melakukan kunjungan kerja pertamanya ke Asrama Mahasiswa Papua di Kopma Block C Darussalam pada Sabtu, 4 Juni 2022.
Zawata mengatakan asrama Papua menjadi pilihan penting Presiden Mahasiswa dalam kunjungan kerja pertamanya, karena mahasiswa Papua adalah prioritas bersama.
Dalam kunjungan tersebut, Zawata yang didampingi Menteri Aksi dan Popaganda, Menteri Hual, Menpora dan beberapa staf terkait lainnya disambut oleh perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Papua (Himapa).
Jika merujuk pada agenda kepresidenan, rencananya Zawata akan mengecek sejumlah infrastuktur seperi askses air dan listrik yang ada di Asrama Mahasiswa Papua.
Marinus selaku perwakilan mahasiswa Papua mengaku bahwa gedung asrama mereka telah mengalami pemutusan listrik dan air selama 5 bulan sejak awal Januari 2022. Pemutusan listrik disebabkan menunggaknya iuran asrama oleh para mahasiswa asal Papua tersebut.
Seperti yang diketahui, asrama USK merupakan salah satu tempat yang ditinggali oleh para mahasiswa penerima bantuan beasiswa pemerintah yaitu KIP-K. Tentu saja, mahasiswa tidak tinggal secara cuma-cuma, melainkan harus membayar iuran asrama sebesar Rp.100.000/bulan atau Rp.600.000/semester.
Marinus bersama teman-teman se-Himapa diketahui belum membayar iuran asrama tersebut terhitung dari awal tahun 2020 hingga saat ini. Para mahasiswa tersebut mengaku tidak mengetahui tentang skema pembayaran iuran asrama. Marinus menyampaikan bahwa sebelum adanya pemindahan rekening dari bank konvensional ke bank syariah, mereka diberitahukan bahwa dana KIP-K yang masuk akan langsung dipotong dengan biaya asrama.
Namun, setelah terbitnya surat keputusan dari rektor pada tahun 2021 yang meminta agar seluruh rekening bank konvensional dialihkan menjadi rekening bank syariah, saat dana KIP-K dicairkan, di sinilah terjadinya miskomunikasi. Di mana para mahasiswa tersebut tidak mengetahui jika dana KIP-K yang cair belum termasuk dengan pemotongan biaya asrama.
“Berarti mahasiswa Papua tersebut, sebelum diberangkatkan diberitahu bahwa para mahasiswa Papua akan kuliah di sini, dan biaya asrama akan dipotong saat pencairan dana KIP-K dan tidak ada pembayaran langsung,” simpul Zawata dalam pembicaraan tersebut.
“Tidak ada pemberitahuan tentang pembayaran asrama secara langsung, kami pikir dana KIP-K yang masuk setelah dialihkan ke bank syariah telah dipotong dengan biaya asrama,” ucap Marinus.
Marinus menyebutkan bahwa tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu dari pihak asrama tentang pemutusan listrik tersebut. “Mereka pihak asrama matikan lampu (listrik), baru kemudian disampaikan, kami bayar dulu tunggakan, nanti mereka nyalakan lagi,” tutur Marinus.
Menurut pernyataan Marinus, saat ini di gedung asrama tersebut hanya tersisa 7 orang mahasiswa. Para mahasiswa ini sama sekali belum membayar tunggakan iuran asrama sejak tahun 2020 hingga saat ini. Marinus sendiri menyebutkan bahwa mahasiswa dengan tunggakan iuran asrama paling banyak saat ini.
“Saya paling tinggi jumlahnya, sebelas juta empat ratus, mereka kan berdua-dua perkamar, sedangkan saya sendiri,” ungkap Marinus.
Sebelumnya para mahasiswa tersebut juga telah berupaya melakukan perundingan beberapa kali bersama pihak asrama namun belum ada tanggapan. Hingga pada Jumat, 27 Mei 2022 lalu, mereka berupaya berdiskusi kembali dengan pihak asrama untuk menanyakan lanjutan kasus pemutusan listrik tersebut. Dalam pembicaraannya, Marinus mengungkapkan bahwa dari pihak asrama mereka diminta untuk membuat daftar nama-nama mahasiswa yang masih tinggal di asrama tersebut dan lalu mengumpulkan uang seberapa yang ada lalu diserahkan pada pihak asrama.
Namun hingga saat ini,, Marinus dan teman-temannya masih belum memiliki dana yang cukup untuk membayar tunggakan biaya asrama tersebut. Untuk itu, Marinus berharap agar pihak asrama dapat berupaya untuk menghidupkan listrik di gedung mereka lebih dulu, agar mereka dapat melakukan aktifitas selayaknya, dan mengenai tunggakan pembayaran, Marinus menyampaikan bahwa ia bersama teman-temannya akan mencoba membayar segera setelah mendapatkan uang.
Sebelum mengakhiri pertemuan, Zawata selaku Presma BEM USK mengatakan bahwa pihaknya akan menemui Wakil Rektor III dan Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni USK untuk membahas permasalahan tersebut.
“Kami dari BEM USK akan berupaya untuk menemui WR 3 dan Kepala Biro Kemahasiswaan, Mustafa Sabri untuk melakukan rapat segera mengenai permasalahan ini”. []
Editor: Aisya Syahira