Siaran Pers | DETaK
Banda Aceh–Sebagai salah satu upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan Tsunami Disaster Mitigation Research Centre Universitas Syiah Kuala (TDMRC-USK) dan Poltekkes Kemenkes Mamuju dalam menyelenggarakan pelatihan bagi para relawan bencana di aula TDMRC-USK, pada Senin,(20/3/2023).
Kegiatan ini membahas penggunaan perangkat kesiapsiagaan psikologis bencana dalam konteks masyarakat Indonesia yang diberi nama PREPARED. Pelatihan ini merupakan salah satu kegiatan dalam proyek PREPARED (Psychological Preparedness of At-Risk Communities towards Disaster) yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui skema hibah alumni atau Alumni Grant Scheme (AGS).
Pelatihan ini diselenggarakan di tiga wilayah berbeda, Kota Sleman, Yogyakarta, Kota Mamuju, Sulawesi Barat, dan Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Tujuan diadakan kegiatan ini untuk memperkenalkan penggunaan PREPARED Tool dengan turut serta mengundang 30 relawan dari berbagai lembaga yang terdiri dari perwakilan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh, Fasilitator Tangguh Bencana-TDMRC (FASTANA-TDMRC), International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS), dan Pusat Riset Ilmu Sosial dan Budaya (PRISB), dan relawan mahasiswa.
Pelatihan PREPARED Tools dibuka langsung oleh Kepala UPT Mitigas Bencana (TDMRC), Syamsidik, yang menyampaikan apreasiasi dan dukungan atas kolaborasi riset dan pengembangan kapasitas relawan di Banda Aceh ini.
“Bencana harus dilihat dari berbagai dimensi, lintas sektoral dan lintas disiplin, yakni dengan menggunakan perspektif interaksionalitas,”ujar Syamsidik dalam sambutannya.
Pelatihan satu hari penuh tersebut dipandu langsung oleh koordinator proyek wilayah Banda Aceh, Rizanna Rosemary, yang mengawali pelatihan dengan menjelaskan tujuan dan harapan dari pelatihan tersebut.
Rizanna, yang juga salah satu fasilitator pelatihan menyebutkan bahwa aspek psikologis memiliki kecendrugan terhadap kesiapan individu ketika terjadi bencana.
“Pemulihan psikologis membutuhkan proses yang sangat lama, sehingga bila seseorang memiliki kesiapsiagaan psikologis, ia cenderung lebih siap menghadapi bencana di depan,” ungkap dosen Komunikasi Kesehatan Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP USK tersebut.
Sementara itu, Marty Mawarpury, Psikolog selaku dosen Program Studi Psikologi USK dan fasilitator pelatihan menyebutkan bahwa ini upaya pembekalan relawan bencana dalam memperhatikan psikologis.
“Pelatihan ini merupakan salah satu pembekalan bagi relawan bencana untuk turut memperhatikan aspek psikologis dalam upaya kesiapsiagaan bencana. Selama ini upaya kesiapsiagaan bencana masih banyak berfokus pada kesiapsiagaan fisik saja, tapi kesiapan mental masyarakat kita dalam menghadapi bencana juga sama pentingnya” tuturnya
Melengkapi materi Marty Mawarpury, Alfi ahman menambahkan definisi dan konsep kesiapsiagaan menghadapi bencana secara umum. Pemaparan materi oleh ketiga fasilitator diikuti oleh diskusi menarik dari perserta pelatihan.
Proyek PREPARED ini berangkat dari pengalaman banyaknya masyarakat yang panik, takut, dan cemas ketika terjadi bencana. Setelah melalui serangkaian kajian literatur, didapatkan bahwa terdapat 15 faktor yang merupakan aspek-aspek kesiapsiagaan psikologis bencana masyarakat Indonesia.
Temuan tersebut kemudian digunakan untuk penyusunan alat ukur kesiapsiagaan psikologis, yakni PREPARED Tool. Alat ini kemudian diujicobakan di tigakabupaten/kota, yakni Kota Banda Aceh, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Mamuju.
Uji coba perangkat tersebut telah berhasil menjangkau 704 responden di tiga wilayah tersebut, termasuk para responden yang termasuk dalam kategori kelompok rentan. Uji coba ini juga memberikan gambaran awal mengenai kesiapsiagaan psikologis masyarakat terhadap bencana di tiga wilayah.
Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan di mana kesiapsiagaan psikologis masyarakat masih cenderung sedang, maka pelatihan bagi para relawan di ketiga wilayah ini menjadi penting agar mereka mendapatkan pemahaman mengenai apa itu kesiapsiagaan psikologis dan pemahaman mengenai cara penggunaan perangkat PREPARED untuk mengukur kesiapsiagaan psikologis masyarakat terhadap bencana.
Pelatihan yang digelar selama sehari ini memberikan pemahaman tentang pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana, aspek-aspek psikologis yang berperan dalam meningkatkan upaya kesiapsiagaan bencana, serta cara penggunaan PREPARED Tool yang telah disusun oleh para tim peneliti.
Dalam pelatihan ini, para relawan juga turut diajak untuk mempraktikkan penggunaan PREPARED Tool ke masyarakat di sekitar lingkungan TDMRC. Maulana, salah satu peserta pelatihan yang juga merupakan perwakilan FASTANA-TDMRC mengatakan bahwa pelatihan ini memberikan pemahaman baru terkait kesiapsiagaan bencana yang dilihat dari aspek Psikologis.
Pelatihan dengan PREPARED Tool ini menjadi refleksi bagaimana tingkat kesiapsiagaan dirinya sebagai relawan yang membantu masyarakat jika terjadi bencana. Perangkat PREPARED yang telah dikembangkan saat ini merupakan tahap pengembangan awal atau piloting.
Rizanna berharap bahwa ke depan, perangkat ini dapat terus dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat luas dalam proses menyiapkan kesiapsiagaannya terhadap bencana, khususnya di level individu.
Editor : Refly Nofril