Opini | DETaK
Dulu, seragam adalah simbol kehormatan. Kini, seragam juga bisa memicu rasa takut. Dimulai dari sebuah kasus ketika seorang prajurit TNI yang seharusnya menjadi pelindung justru terlibat dalam pembunuhan sang kekasih yang berstatus sebagai jurnalis bukan tentang profesi sang kekasih, melainkan hasrat nya yang ingin menyetubuhi siwanita sebelum pernikahan. Dan inilah salah satu pemicu yang mencoreng harkat dan martabat institusinya, atau ketika aparat kepolisian berstatus sebagai mantan Kapolri yang seharusnya menjaga ketertiban malah terjerat kasus pencabulan anak dibawah dini, membuat video dan menjual diwebsite luar negeri yang bahkan hal itu baru diketahui oleh pihak siber luar negeri. kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga ini berangsur-angsur hilang. Tak kalah mencengangkan, ketika tenaga medis yang seharusnya merawat malah memperkosa keluarga yang tengah menunggu pasien di rumah sakit, kita harus bertanya : sejauh mana institusi ini benar-benar melindungi kita, atau justru mengancam kita? Ketika penjaga berubah menjadi ancaman, maka yang kita perlukan bukan hanya perbaikan sistem, tetapi sebuah revolusi moral di dalam tubuh lembaga-lembaga ini.
Kasus-kasus pembunuhan yang melibatkan TNI, pencabulan yang dilakukan oknum polisi, dan pemerkosaan yang dilakukan tenaga medis menunjukkan adanya krisis moral yang mendalam di dalam institusi yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat. Apa yang terjadi ketika mereka yang memiliki kuasa dan otoritas untuk menjaga ketertiban, mengayomi, dan merawat justru menjadi sumber bahaya? Kepercayaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun oleh TNI, Polri, dan tenaga medis kini terkikis, tak hanya oleh tindakan satu oknum, tetapi juga oleh ketidakmampuan sistem dalam mengawasi dan menindak tegas pelanggaran yang terjadi di dalam tubuh mereka. Masyarakat yang semula merasa aman di bawah perlindungan mereka kini menjadi ragu, dan ketidakpercayaan ini menyebar ke seluruh institusi. Kita selalu mempertanyakan bagaimana sebenarnya sistem perekrutan setiap aspek penting dalam kehidupan sosial masyarakat ini, karena kita tahu hal-hal demikian dilakukan oleh orang yang mungkin tidak normal akal dan pikirannya sampai bisa melakukan hal yang diluar nalar manusia. Membunuh, memperkosa, atau tindakan kriminal lainnya yang melibatkan 3 insitusi penting ini cukup menjadi masalah besar dinegara Indonesia dimasa sulit seperti ini.

TNI, Polri, dan tenaga medis bukan hanya pekerjaan, mereka adalah simbol dari negara yang diharapkan dapat menegakkan keadilan, keamanan, dan kesehatan. Ketika institusi ini gagal menjalankan amanahnya, dampaknya sangat besar. Sementara itu, tindakan oknum-oknum ini memicu terjadinya ketidakpercayaan yang lebih luas. Bukan hanya para korban yang menderita, tetapi seluruh lapisan masyarakat yang harus menanggung akibat dari tercemarnya citra lembaga-lembaga ini. Belum lagi permasalahan hukum yang selalu membuat masyarakat geram, mengapa tidak pernah diberikan efek jera kepada oknum-oknum demikian dan malah menjadi hal yang kini mulai dinormalisasikan, bagaimana sebenarnya lembaga dan institusi penting memberikan hukuman yang jera kepada pihak yang terlibat dan emmastikan bahwa tidak akan ada kejadian serupa yang terulang dikemudian hari.
Menyoroti kasus oknum dokter yang menyetubuhi korbannya ini juga menjadi hal yang sangat memprihatinkan, pasalnya kita tentu percaya apapun arahan dari tenaga medis mengenai tindakan apa saja yang nantinya akan dilakukan. Tetapi malah dijadikan kesempatan untuk mememnuhi nafsu setan. Yang lebih menyakitkan lagi adalah banyak beberapa pihak yang masih saja mempertanyakan korban mengapa tidak lari saja? Apakah dititik seperti ini kita masih mampu menyalahkan sang korban atas kejadian yang menimpa dan membuatnya jatuh dalam bayang-bayang trauma. Simplenya apakah kita akan lari jika ingin diberikan obat untuk sebuah kesembuhan?, kenapa harus fokus kepada sang korban padahal ada pelaku yang perlu terus kita kawal mengenai jatuhan pidana dan hukuman.
Tidak ada yang lebih penting daripada kepercayaan masyarakat terhadap institusi yang seharusnya melindungi mereka. Oleh karena itu, reformasi harus segera dilakukan. Lembaga-lembaga ini tidak boleh lagi dibiarkan mengabaikan integritas dan etika profesional. Pelatihan moral yang lebih ketat, sistem pelaporan yang lebih transparan, serta tindakan yang lebih tegas terhadap oknum yang melanggar adalah langkah-langkah yang harus segera diambil. Tanpa itu, kita hanya akan berada dalam situasi yang terus memperburuk krisis kepercayaan ini, yang pada akhirnya merusak fondasi keamanan dan kedamaian kita sebagai bangsa. Jika penjaga telah menjadi ancaman, maka siapa lagi yang akan kita percayakan untuk menjaga negara ini?
Penulis bernama Amanda Tasya, Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Nasywa Nayyara Tsany