Tim Riset dan Data | DETaK
Darussalam- Dilansir dari dikti.kemdikbud.go.id, Program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara-Sistem Alih Kredit Dengan Teknologi Informasi atau disingkat dengan PERMATA-SAKTI adalah program pertukaran mahasiswa melalui kerjasama antara perguruan tinggi se-Indonesia. Tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan wawasan kebangsaan, intergritas, solidaritas, dan wadah perekat kebangsaan antar mahsiswa se-Indonesia, melalui pembelajaran antar budaya.
Program yang telah dilaksanakan dari tahun 2014 ini mengalami perubahan signifikan pada tahun 2020, di mana jika pada tahun-tahun sebelumnya setiap peserta mengikutinya dengan sistem sit-in ke kampus tujuan maka pada tahun ini dilaksanakan secara full daring. Hal ini tak lepas karena kondisi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia sehingga mempengaruhi seluruh lini kehidupan termasuk pendidikan dan terkhusus kegiatan Permata-Sakti. Meskipun begitu, Program Permata-Sakti tetap bisa berjalan dengan baik, ini dapat dilihat dari sistem registasi hingga input data.
Mengutip dari unsyiah.ac.id, Unsyiah sendiri menerima 101 mahasiswa dari PTN lain dan mendukung penuh Program Permata-Sakti serta berharap kegiatan ini bisa berlangsung dengan baik. Hal ini senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Bambang Sudjarnako selaku Koordiantor Program Permata-Sakti Universitas Jember, ia mengatakan “Semua prosedur pada program ini telah tersistem dengan baik. Termasuk prosedur untuk registrasi dari PTN lain, sehingga data mahasiswa bisa langsung terkoneksi ke Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLdikti).” Ini karena sistem Permata-Sakti 2020 diharapkan mampu menjadi titik tolak dari program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar untuk tahun-tahun mendatang.
Di bawah penanggung jawab Program Permata-Sakti Univeristas Syiah Kuala yaitu Wakil Rektor IV Universitas Syiah Kuala, Hizir Sofyan, Ria ervilita selaku narahubung dari pihak Unsyiah mengatakan setidaknya ada 141 mahasiwa Unsyiah yang mengikuti Program Permata-Sakti, mahasiswa tersebut terpilih setelah mengikuti seleksi dari pihak Unsyiah dan seleksi lanjutan dari pihak Belmawa Dikti.
“141 mahasiswa tersebut tersebar rata pada 9 fakultas, yaitu: 9 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 10 mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, 5 mahasiswa Fakultas Hukum, 22 mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 23 mahasiswa Fakultas Teknik, 23 mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididkan, 9 mahasiswa Fakutas Kelautan dan Perikanan, 8 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan 32 mahasiswa Fakultas Pertanian,” ungkap Ria Ervilita saat diwawancarai via whatsapp.
Tim riset dan data UKM Pers DETaK Unsyiah melakukan survei terhadap 10 sampel mahasiswa yang mengikuti Program Permata-Sakti 2020. Survei dilakukan dengan menyebar kuisioner secara online kepada mahasiswa program Permata-Sakti 2020. Survei ini dilakukan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa selama menjalani program ini, terlebih lagi dengan metode yang dilaksanakan berbeda dari sebelumnya.
Mahasiswa yang mengikuti tes program Permata-Sakti, sebagain besar (8 orang) mengetahui program ini dari staf akademik kampus. Program ini paling banyak diikuti oleh mahasiswa angkatan 2017. Mahasiswa mengatakan motivasi mendaftar program ini di antaranya ingin menambah ilmu, pengalaman, teman, relasi, serta mengetahui budaya baru dan cara belajar di Universitas lain.
Bahkan di antara mereka ada yang mengaku sangat senang dan bangga bisa mengikuti program ini. Pengalaman menarik bisa mendengar mahasiswa lain berbicara dengan dialek daerah asalnya. Beberapa juga megatakan dosen pada PTN lain cukup ramah dan saling memahami satu sama lain. Meskipun terdapat perbedaan waktu antar mahasiswa beda daerah, mengingat program ini dilaksanakan secara daring. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala bahkan dinikmati oleh sebagian mahasiswa Permata-Sakti.
Walaupun begitu, tetap terdapat kendala lain yang dihadapi oleh mahasiswa Program Permata-Sakti 2020, di antara kendala yang dituliskan mahasiswa, kendala yang paling sering dialami mahasiswa yaitu terkait jaringan internet, kemudian adanya bentrok antara jadwal kuliah pada PTN asal dan sebagian kecil mengatakan sulit memahami materi yang diajarkan.
Memang kendala tersebut didominasi oleh faktor program yang dilaksanakan secara daring, ada yang mengatakan program ini lebih baik jika dijalankan secara online, karena dengan begitu Program Permata-Sakti bisa dijalankan sekaligus dengan program kuliah di kampus asal. Namun, ada juga yang mengatakan lebih baik jika dilaksanakan secara offline, alasannya karena mahasiswa akan benar-benar merasakan seperti apa kuliah pada PTN tujuan. Di samping kendala yang dihadapi, pemerintah dan perguruan tinggi tetap berusaha menjalankan program dan mahasiswa dapat mengambil manfaat dari adanya program pertukaran mahasiswa tersebut. []
Editor: Missanur Refasesa