Oleh Bella Anugrah Fitri
Sepuluh tahun sudah berlalu. Bencana alam maha dahsyat yang terjadi di Aceh memporak-porandakan bumi serambi mekkah dan membuat masyarakat Aceh kehilangan keluarga dan harta benda yang mereka miliki. Hal tersebut menjadi catatan sejarah yang akan selalu dikenang oleh masyarkat Aceh.
Kepahitan yang dialami sepuluh tahun lalu akibat bencana gempa dan tsunami pasti tidak ingin dilalui lagi oleh msyarakat Aceh. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, masyarakat Aceh harus siap siaga menghadapi bencana gempa dan tsunami yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pantai Aceh.
Berbicara tentang masyarakat yang siap siaga bencana, dapat dimulai dari mencetak keluarga siaga bencana sebagai unsur terkecil dalam cakupan luas lingkungan sosial masyarakat. Ketika semua keluarga dapat menjadi keluarga yang siap siaga bencana, maka akan memungkinkan terbentuk suatu sistem masyarakat yang juga siap siaga terhadap bencana.
Untuk itu, kita ketahui langkah-langkah untuk mencetak keluarga siap siaga bencana adalah sebagai berikut. Pertama, Menyiapkan Tas Siaga Bencana. Untuk memudahkan proses penyelamatan diri ketika bencana datang, maka perlu dipersiapkan sebuah tas yang mudah dijangkau berisi perlengkapan penting. Perlengkapan penting tersebut berupa makanan, minuman, perlengkapan pertolongan pertama, obat-obatan, senter, radio, selimut, perlengkapan bayi, surat-surat penting (ijazah, sertifikat tanah, dll) dan benda berharga (uang dan perhiasan secukupnya). Semua perlengkapan diisi dalam sebuah tas, dimana ketika bencana datang maka tas tersebut turut dibawa serta ketika proses penyelamatan diri.
Kedua, Mendiskusikan dan Menyepakati Lokasi Bertemu/Berkumpul. Bencana dapat terjadi kapan saja dan mungkin saat bencana terjadi kita tidak sedang bersama anggota keluarga. Untuk itu, penting untuk mendiskusikan dan menyepakati tempat untuk bertemu saat keadaan darurat. Setiap anggota keluarga harus tahu dimana lokasi tempat yang ditentukan tersebut. Hal ini bertujuan agar setiap anggota keluarga tidak perlu panik ketika bencana datang dan dapat segera menuju lokasi bertemu/berkumpul anggota keluarga yang telah disepakati sebelumnya.
Ketiga, Menyimpan Nomor Telepon Penting. Setiap anggota keluarga dihimbau untuk menyimpan nomor telepon penting seperti kepala desa, BPBD, PMI, Polisi, Pemadam kebakaran, dan lembaga lain yang dirasa penting untuk dihubungi ketika bencana terjadi. Hal ini bertujuan agar komunikasi tetap terjalin ketika situasi darurat berlangsung.
Tiga langkah diatas dapat diterapkan dalam keluarga guna mencetak keluarga yang siap siaga bencana. Keluarga siap siaga bencana diharapkan dapat menjadi tonggak masyarakat yang siap siaga bencana untuk mengurangi akibat dan dampak buruk dari bencana yang terjadi, khususnya bencana gempa dan tsunami yang rawan terjadi di bumi serambi mekkah ini.
Penulis adalah Bella Anugrah Fitri, Mahasiswi angkatan 2011, Jurusan Psikologi, Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Editor: Riyanti Herlita