Artikel | DETaK
Memasuki bulan Ramadan, terdapat tradisi yang sudah melekat pada masyarakat Indonesia, salah satunya adalah tradisi ngabuburit atau kegiatan yang dilakukan sambal menunggu waktu berbuka puasa.
Nah, dari pada membuang waktu dengan bermalas-malasan, ada baiknya kita mengisi ngabuburit sambil belajar ilmu baru.
Kali ini kita akan membahas sejarah Masjid Baiturrahim. Bagi yang pernah atau sering ke Ulee Lhee tentu sudah nggak asing nih dengan masjid satu ini. Masjid Baiturrahim terletak di persimpangan menjelang Pelabuhan Ulee Lheue
Masjid ini menjadi saksi kedahsyatan tragedi tsunami di Aceh. Masjid Baiturrahim ini menjadi satu dari sedikit bangunan yang masih kokoh berdiri di kawasan Ulee Lheue ketika musibah itu terjadi. Meski ada beberapa masjid lain yang juga bertahan dari bencana tersebut, Masjid Baiturrahim menyimpan nilai historis yang lebih mendalam karena usianya yang Panjang.
Masjid Baiturrahim merupakan peninggalan Kesultanan Aceh. Masjid ini didirikan sekitar abad ke-17 dengan sebutan Masjid Jami’ Ulee Lheue (dibaca “olele” dalam dialek Belanda). Saat Masjid Baiturrahman dibakar oleh pasukan Belanda pada tahun 1873, warga Banda Aceh berbondong-bondong melaksanakan Shalat Jumat di masjid ini. Diperkirakan mulai saat itulah “baiturrahim” menjadi nama masjid ini.
Sebelum Pemerintah Hindia Belanda melakukan pemugaran, Masjid ini awalnya merupakan bangunan semipermanen. Pemugaran selesai pada tahun 1923 dengan arsitektur baru yang amat dipengaruhi gaya Eropa. Pada tahun 1981, atas bantuan Pemerintah Arab Saudi, kembali dilakukan pemugaran. Pemugaran kali ini memperluas sisi kanan dan kiri masjid, sehingga masjid dapat menampung sekitar 1.500 jamaah.
Tak lama setelah pemugaran selesai tepatnya dua tahun kemudian, Pada tanggal 26 Desember 2004, gelombang raksasa setinggi 21 meter menghantam pesisir utara Banda Aceh. Banyak bangunan yang hancur akibat bencana tersebut.
Ketika bencana tsunami itu terjadi, masjid ini tetap kokoh berdiri di tengah hamparan puing bangunan sekitarnya yang telah hancur. Hanya sebagian kecil bagian bangunan yang mengalami kerusakan akibat bencana tersebut.
Pasca tsunami, masjid ini menarik perhatian banyak pihak dari berbagai belahan dunia. Sebagai salah satu rumah ibadah yang selamat dari bencana, keberadaan masjid ini menjadi daya tarik wisata bernuansa religi selain Masjid Agung Baiturrahman dan Masjid Rahmatullah Lampuuk.
Sejak saat itulah, Masjid Baiturrahim menjadi lebih dikenal dan diingat sebagai salah satu Masjid yang selamat dari bencana dahsyat 2004 silam.
Penulis bernama Amanta Haura, Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan anggota aktif di UKM Pers DETaK.
Editor: Aisya Syahira