Beranda Artikel Melihat Lapangan Tugu dari Pandangan Ergonomi

Melihat Lapangan Tugu dari Pandangan Ergonomi

BERBAGI
Kondisi Lapangan Tugu. 02/12/2024. (Muhammad Aulia)

Artikel | DETaK

Lapangan Tugu di Aceh merupakan salah satu ruang publik yang memiliki peran penting sebagai lokasi pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024. Selain digunakan untuk event besar, lapangan ini juga menjadi tempat favorit masyarakat untuk bersantai, berolahraga, atau sekadar menikmati suasana. Namun, meskipun fungsional, beberapa aspek lapangan ini masih memerlukan perhatian dari segi kenyamanan dan keamanan, yang dapat ditinjau melalui perspektif Psikologi Kerekayasaan (Ergonomi).

Apa Itu Psikologi Kerekayasaan? Psikologi Kerekayasaan, atau ergonomi, adalah cabang ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia, alat, dan lingkungan dengan tujuan meningkatkan kenyamanan, efisiensi, dan keselamatan. Dalam konteks fasilitas publik seperti Lapangan Tugu, psikologi kerekayasaan dapat digunakan untuk menilai bagaimana desain fisik dan pengelolaan ruang memengaruhi pengalaman pengguna. Prinsip utama dari ilmu ini adalah menciptakan lingkungan yang selaras dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia.

Iklan Souvenir DETaK

Berdasarkan pengamatan, berikut adalah beberapa kekurangan Lapangan Tugu yang memengaruhi kenyamanan dan keselamatan dari perspektif ergonomi:

  • Akses Jalan Masuk yang Tidak Ergonomis

Untuk mencegah kendaraan masuk dan merusak tanaman di sekitar tugu, akses utama ke lapangan ditutup dengan besi pembatas jalan. Namun, pengunjung yang berjalan kaki harus melewati celah sempit di samping besi tersebut, yang posisinya berdekatan dengan selokan. Situasi ini meningkatkan risiko kecelakaan, terutama bagi anak-anak, lansia, atau individu dengan kebutuhan khusus. Dari perspektif ergonomi, desain ini tidak memenuhi prinsip aksesibilitas dan keamanan.

  • Minimnya Fasilitas Kebersihan

Salah satu masalah utama di Lapangan Tugu adalah kurangnya tong sampah yang tersedia di area strategis. Hal ini sering kali menyebabkan pengunjung membuang sampah sembarangan, menciptakan kesan lingkungan yang kotor dan tidak terawat. Dari sudut pandang psikologi kerekayasaan, kondisi ini mengurangi kenyamanan pengguna dan merusak estetika ruang publik.

Untuk meningkatkan fungsi Lapangan Tugu sebagai ruang publik yang aman dan nyaman, beberapa langkah perbaikan dapat diterapkan:

  • Perbaikan Aksesibilitas dan Keamanan

Besi pembatas jalan perlu dirancang ulang agar lebih ramah pengguna, misalnya dengan menambahkan jalur pedestrian yang aman dan terpisah dari selokan. Selain itu, tanda parkir dan rambu lainnya harus dipasang di lokasi strategis untuk memastikan kendaraan tidak memasuki area yang dilarang.

  • Penambahan Fasilitas Tong Sampah

Penyediaan tong sampah yang memadai di titik-titik strategis dapat mendorong pengunjung untuk menjaga kebersihan. Desain tong sampah yang menarik secara visual juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.

Dengan penerapan prinsip psikologi kerekayasaan, Lapangan Tugu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan fungsional, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih ramah, aman, dan nyaman bagi masyarakat. Hal ini akan mendukung penggunaannya sebagai ruang publik yang optimal untuk kegiatan sehari-hari maupun acara besar seperti PON XXI.

Penulis bernama Muhammad Aulia, mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala.

Editor: Masya Pratiwi