Beranda Artikel Museum Tjong A Fie, Kiblat Pesona Arsitektur Tionghoa-Eropa

[DETouR] Museum Tjong A Fie, Kiblat Pesona Arsitektur Tionghoa-Eropa

BERBAGI
Gerbang utama Museum Tjong A Fie (Dok. Pribadi)

Artikel | DETaK

“There on the earth where I stand, I hold the sky. Succes and glory consist not in what I have gotten but in what I have given” (Mr. & Mrs. Tjong A Fie).

Barusan adalah secarik kutipan pada tiket masuk tatkala saya menginjakkan kaki di Museum Tjong A Fie. Museum yang terletak di Ibukota Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kota Medan ini dibangun pada tahun 1895 dan selesai pada tahun 1900, menjadi salah satu museum yang memiliki sejuta daya tarik dari sisi historis pada kota metropolitan ini.

Iklan Souvenir DETaK

Letak persisnya ialah di Jl. A. Yani No. 105, Kesawan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara. Letaknya yang berada di jantung kota menjadikan lokasi wisata yang dahulunya merupakan rumah konglomerat asal Tiongkok di abad ke-19 ini mudah untuk dijangkau.

Dengan merogoh kocek sebesar 35 ribu rupiah, pengunjung dapat menelusuri rumah Tjong A Fie, seorang Majoor der Chineezen (Kapitan Tionghoa) yang bijaksana dan dermawan. Ia berkomitmen untuk memberikan sebagian kekayaannya kepada semua orang Medan, tidak peduli agama atau ras mereka. Tjong A Fie juga membangun sekolah, rumah sakit, gereja, dan masjid di Sumatera, Malaysia, dan Tiongkok. Tjong A Fie adalah orang yang baik dan dihormati oleh masyarakat Medan karena kemurahan hatinya dalam kepemimpinan.

Pengunjung akan disambut dengan sepasang patung granit singa yang menjaga gerbang utama. Setelah memasuki gerbang, terdapat taman yang menyambut di depan museum dengan beberapa sudut yang fotogenik.

Perjalanan menuju rumah Tjong A Fie dirancang secara unik dan didekorasi secara artistik. Melalui pintu kayu besar yang utama, Tjong A Fie menerima tamu-tamu terhormat di lantai dasar rumah. Aula utama dihiasi dengan hiasan dengan dinding panel kayu berlapis emas dari lantai ke langit-langit yang diukir dengan indah dalam gaya Cina. Ruang samping yang mengapit aula utama adalah ruang Melayu dan ruang Cina.

Aula utama pada Museum Tjong A Fie (Dok. Pribadi)

Pengunjung dapat melihat karya keramik berwarna-warni yang menempel pada dekorasi atap. Lantai keramik yang terawat dan dipoles dengan baik di lantai utama terbuat dari ubin Venesia. Lampu-lampu yang indah merupakan perpaduan antara gaya Cina dan Eropa. Langit-langit yang dihias memiliki pola asli yang dilukis dengan tangan serta pemandangan burung phoenix dan kupu-kupu. Di sayap samping, terdapat lukisan dinding yang menggambarkan adegan kehidupan sehari-hari di Cina.

Museum dengan dua lantai ini memiliki 35 kamar di atas lahan seluas 8 ribu meter persegi. Kamar-kamarnya berada di empat sisi bangunan dan mengelilingi halaman terbuka di tengah. Dengan adanya pengaruh Tionghoa campuran Melayu, gaya arsitektur bangunan ini memperhatikan prinsip tata ruang Feng Shui.

Ruang suci tempat kuil keluarga Tjong A Fie (Dok. Pribadi)

Pada halaman tengah tersebut, terdapat sebuah “Sumur Surga” yang terbuka. Pengunjung dapat melihat ke dalam ruang suci bagian dalam menuju kuil keluarga. Keturunan Tjong A Fie masih menggunakannya sampai sekarang untuk mendoakan leluhur mereka pada hari pertama dan kelima belas di bulan Imlek.

Kamar Tjong A Fie (Dok. Pribadi)

Di luar kamar dan kuil leluhur, terdapat ruang makan keluarga dengan meja panjang. Dapur berukuran besar dengan alu dan batu lesung yang otentik dari masa itu berada di sisi ruang makan, menuju sudut belakang rumah.

Dapur peninggalan keluarga Tjong A Fie (Dok. Pribadi)
 

Di lantai dua, area publik terdiri dari kuil Kwan Ti Kong dan ballroom (ruang dansa) pada masa tersebut. Detail arsitektur berseni diterapkan di seluruh ruang yang dirancang dengan cermat ini.

Lantai dua Museum Tjong A Fie sebagai ballroom (Dok. Pribadi)

Tak luput, terdapat dua sayap samping yang digunakan sebagai tempat tinggal anggota keluarga Tjong A Fie. Saat ini, salah satu sayap masih digunakan sebagai tempat tinggal pribadi. Sayap sisi lainnya merupakan bagian dari ruang museum untuk memamerkan artefak peranakan dan barang antik.

Salah satu artefak pada sisi sayap di museum (Dok. Pribadi)

Pada 2015, museum ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Provinsi Sumatera Utara. Museum Tjong A Fie adalah bukti nyata keberagaman budaya yang menjadi kekayaan Indonesia. Tidak hanya sekadar bangunan tua, kehadirannya menjadi pengingat akan nilai diversitas yang telah membentuk Indonesia.

Terpenting, pengunjung dapat meneladani nilai-nilai kerja keras, kejujuran, toleransi dan kedermawanan dari sosok Tjong A Fie. Mengunjungi museum bukan liburan belaka, namun juga perjalanan melintasi jejak sejarah yang memukau.

Penulis adalah Shahibah Alyani mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik (FT) Universitas Syiah Kuala (USK)

Editor: Aisya Syahira