Artikel | DETaK
Cengkeh adalah salah satu rempah yang memiliki nilai ekonomi dan sejarah yang tinggi di Indonesia. Rempah ini sering dijadikan berbagai macam kebutuhan, seperti obat-obatan, bumbu masakan, hingga menjadi salah satu bahan dalam rokok. Tanaman ini memiliki nama latin Syzgium aromaticum.
Aceh menjadi salah satu daerah yang menerima bibit cengkeh dari Maluku dan mulai menanamnya di beberapa wilayah. Ada dua versi cerita yang berkembang tentang keberadaan tanaman cengkeh di Aceh. Versi pertama mengatakan bahwa tanaman cengkeh mulai ditanam tak lama setelah Perang Aceh usai di tahun 1904, Belanda menanam cengkeh besar-besaran di beberapa wilayah di Aceh untuk menutupi defisit keuangan karena perang berkepanjangan untuk menaklukkan Aceh.
Versi kedua mengatakan bahwa cengkeh mulai ditanam besar-besaran di Aceh pada periode akhir tahun 60-an. Permintaan cengkeh yang cukup tinggi dan harga mahal membuat banyak petani menanam lahan mereka dengan tanaman cengkeh.
Cengkeh di Aceh tidak hanya menjadi komoditas ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari budaya dan tradisi. Cengkeh digunakan sebagai bahan masakan, obat-obatan, dan alat diplomasi.
Dilansir dari Mongabay.co.id, Cengkeh pernah menjadi primadona di Aceh. Tumbuhan yang ditanam mandiri oleh masyarakat di beberapa daerah tersebut pernah melambungkan nama Aceh. Meski pernah ditinggalkan, ketika harganya dimonopoli saat Orde Baru berkuasa, kini masyarakat di Kabupaten Aceh Besar, Sabang, dan Simeulue mulai mengelola kembali kebun yang sempat mereka terlantarkan.
Produk cengkeh yang digunakan selama ini berupa tangkai bunga kering. Selain itu daun cengkeh juga memiliki banyak manfaat. Cengkeh memiliki manfaat kesehatan, yaitu meredakan sakit perut, batuk berdahak, mengobati sakit gigi atau gusi bengkak. Khasiat cengkeh juga dapat menghindarkan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, seperti demam berdarah, malaria, dan sebagainya.Jenis rempah-rempah satu ini juga digunakan untuk bumbu makanan pedas, bahan utama rokok kretek, kecantikan, maupun penambah rasa pada minuman hangat.[]
Penulis bernama Teuku Ichlas Arifin, mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Masya Pratiwi