Beranda Artikel Kurangi Tren Fashion, Selamatkan Bumi

Kurangi Tren Fashion, Selamatkan Bumi

BERBAGI
Ilustrasi. (Shahibah Alyani/DETaK)

Artikel | DETaK

Tren fashion memang sesuatu yang sangat melekat dengan anak muda. Media sosial membuat fashion semakin berkembang pesat, sehingga terjadi peningkatan terhadap konsumsi fashion khususnya di kalangan remaja. Salah satu istilah yang berkembang di media sosial adalah ootd (outfit of the day).

Ootd sering dijadikan tagar di Instagram yang membuat segelintir orang menggilai tren fashion terkini. Sehingga, tak jarang tagar ini digunakan untuk eksistensi dan menunjukkan pemuda yang trendy. Dampaknya mereka akan terus menerus membeli pakaian seiring perkembangan tren fashion yang ada, karena tren fashion tentu tidak akan ada habisnya.

Iklan Souvenir DETaK

Menurut Elizabeth Cline, Penulis buku Overdressed: The Scockingly High Cost Of Cheap Fashion, Elizabeth Cline, keterjangkauan harga serta cepatnya produksi model busana terbaru membuat pergeseran nilai guna dari pakaian menjadi menomorsatukan nilai tanda sebagai bentuk identitas sosial.

Meningkatnya konsumsi terhadap fashion tentunya akan membuat produksi bertambah dengan skala yang besar, berbagai jenis brand kemudian berlomba-lomba memproduksi berbagai jenis pakaian trendi dan munculah istilah industri fast fashion.

Fast fashion kurang lebih dapat diterjemahkan sebagai busana murah dengan waktu edar yang relatif singkat dengan model berlimpah yang mengikuti tren terbaru.

Tapi kamu sudah tau belom kalau fashion bisa berdampak ke lingkungan loh!

Dikutip dari katadata.co.id dalam setahun pabrik fast fashion dapat menghasilkan 42 fashion. Ini berdampak pada kelebihan produksi sehingga berujung pembakaran stok pakaian yang tidak terjual. Hal ini pernah dilakukan oleh  retailer H&M pada 2017 lalu. Sekitar 19 ton atau setara 50.000 jeans dan stok Burberry pada tahun 2018 senilai 38 juta Dolar.

Limbah fashion sekarang ini sudah sangat memprihatinkan.  Industri fashion  berkontribusi besar dalam merusak alam mulai dari produksi hingga sampai pakaian itu tidak terpakai lagi. Secara global, industri ini menjadi sektor kedua setelah minyak yang paling mencemari dunia, dengan kontribusi 92 juta ton limbah tekstil di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), 10% emisi karbon yang mempengaruhi bumi dan sekitar 85 juta pohon ditebang setiap tahunnya untuk pembuatan tekstil.

Bayangkan jika setiap muncul tren baru kita selalu membeli pakaian yang baru hingga membuat pakaian lama menjadi bertumpuk dan tak terpakai. Pernahkah berpikir di benak kita kira-kira baju-baju lama yang kita buang ketempat sampah akan di daur ulang atau tidak? Pada kenyataannya limbah kain adalah salah satu sampah yang sangat sulit terurai, dibutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk dapat terurai.

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk memberi sedikit kontribusi mengurangi limbah pakaian?

  1. Berpikir sebelum membeli

– seberapa pentingkah membeli pakaian?

-apakah pakaian yang akan dibeli akan sering digunakan?

-apakah pakaian yang akan dibeli bisa digunakan dalam jangka waktu panjang?

2. Sumbangkan pakaian lama, jangan dibuang jika masih layak

3. Thrift shopping (membeli pakaian secondhand)

4. Jual kembali pakaian

Sebagai penutup, mari berkontribusi untuk bumi kita, setidaknya mulai dari diri sendiri. Karena alam itu tidak butuh kata-kata mutiara, tapi alam itu butuh aksi nyata. Jadi, mari kita mulai sejak saat ini.[]

Penulis bernama Sahida Purnama, salah satu Redaktur di UKM Pers DETaK USK.

Editor: Cut Siti Raihan