Artikel | DETaK
Apa yang kamu pikirkan ketika melihat mahasiswa berambut gondrong?
Garang? Tidak rapi? Gaul? Urakan? Seniman? Keren? Atau.. mahasiswa Teknik?
Rambut merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang tidak hanya berfungsi sebagai perlindungan kepala, namun juga sebagai pelengkap penampilan, baik itu bagi perempuan dan laki-laki. Contohnya seperti gaya rambut bob, cepak, bahkan gondrong, yakni sebutan rambut panjang untuk laki-laki.
Rambut gondrong ini sudah tidak asing lagi di kalangan mahasiswa, bahkan di beberapa fakultas, fenomena ini sudah menjadi ciri khas tersendiri. Salah satunya adalah Fakultas Teknik. Lelaki berambut panjang sering dikaitkan atau indentik dengan mahasiswa yang mengampu pendidikan di fakultas ini.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, sebenarnya apa sih alasan kenapa anak Teknik berambut gondrong?
1. Menepis steorotip negatif dari masyarakat dan cerminan jiwa seni yang tinggi
Muhammad Huda Al Afiif, mahasiswa Teknik Geofisika Angkatan 2019 menyebutkan bahwa orang yang berambut gondrong adalah orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi, tidak seperti anggapan negatif yang diketahui oleh masyarakat.
“Mungkin aku mau sedikit menjelaskan kalau misalnya orang yang memiliki rambut gondrong itu tidak seperti yang di pikirkan oleh orang-orang. Orang yang memiliki rambut gondrong itu adalah orang-orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi, serta jika diliat dari segi sejarahnya juga orang-orang pada jaman dulu yang memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan teknologi mau pun perkembangan pendidikan hampir rata-rata yang mengubah dunia itu merupakan orang-orang yang memiliki rambut gondrong,” ucap Afiif.
2. Bentuk kebebasan ekspresi diri
Sejalan dengan alasan yang sebelumnya, Afiif menyatakan bahwa rambut gondrong merupakan suatu bentuk kebebasan bagi mahasiswa dalam berpenampilan dan berekspresi.
“Anti-mainstream, kenapa? karena di era seperti sekarang ini dan juga tren saat ini kebanyakan potong rambut yang keren itu adalah yang memiliki jalan kutu di samping rambutnya. Nah, ketika kita memilih rambut gondrong itu merupakan point plus karena kita tidak ikut-ikutan tren. Kita punya fashion sendiri, kita punya keunikan jiwa sendiri, kita punya gaya sendiri untuk mengekpresikan diri kita sendiri.”
3. Pelampiasan
Sejak SD sampai dengan SMA terdapat aturan yang ketat tentang penampilan, sehingga siswa tidak diperbolehkan memiliki rambut panjang atau gondrong. Sedangkan setelah memasuki dunia perkuliahan, mahasiswa lebih leluasa dalam berpenampilan, hal ini pun menjadi kesempatan untuk memiliki rambut gondrong.
“Karena belum pernah aja rambut panjang, karena dari SMA kayaknya cepak kek tu,” ungkap H, salah satu mahasiswa Fakultas Teknik angkatan 2020.
4. Gak sempat potong rambut
H pun menambahkan bahwa rambut gondrong juga disebabkan karena sibuknya rutinitas perkuliahan, sehingga tidak sempat untuk memangkas rambut.
“Aku gondrong juga karna ada kesibukan lain jadi ga sempat potong dan aku sendiri gak masalah si rambut gondrong dan orang tua juga udah kasih izin,” ucap H.
5. Gondrong memiliki makna khusus dalam Fakultas Teknik
Ternyata, rambut gondrong memiliki makna tersendiri bagi tiap mahasiswa Teknik. Seperti yang dikatakan H, bahwa semakin panjang rambut seseorang maka semakin banyak ilmunya.
“Kalo di kita makin panjang rambut makin banyak ilmunya, gondrong di Teknik tu gak semata-mata gondrong gitu aja tapi ga ada isi,” ujarnya.
Adapun Muhammad Farhan, mahasiswa Prodi Teknik Geofisika angkatan 2020, mengatakan jika dunia perkuliahan dari Maba sampai dengan lulus sama halnya dengan pertumbuhan rambut.
“Anak Teknik itu dari dulu udah jadi kebiasaan dari dulunya, karna mengingat filosofi rambut tersebut tumbuh dari awal hingga panjang, sama seperti kita masih dalam awal perkuliahan hingga selesai,” ujar Farhan.
Di samping itu, Afiif beranggapan bahwa rambut gondrong merupakan ciri khas dari mahasiswa Teknik.
“Rambut gondrong tidak selalu terkait dengan perilaku buruk dan terutama bagi anak teknik yang memang tidak ada tuntutan untuk menjaga penampilan dan juga merupakan ciri khas anak teknik yang sudah turun-temurun, serta biar terlihat garang,” tuturnya. []
Penulis bernama Marini Koto, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala (USK). Ia juga merupakan anggota aktif di bidang Riset dan Data UKM Pers DETaK USK.
Editor: Hijratun Hasanah