Beranda Artikel Gaya Hidup Berlebihan di Kalangan Mahasiswa: Tren atau Masalah?

Gaya Hidup Berlebihan di Kalangan Mahasiswa: Tren atau Masalah?

BERBAGI
Doc. Ist

 Artikel | DETaK

Di era digital dan media sosial, gaya hidup mewah semakin menjadi sorotan, termasuk di kalangan mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa yang rela menghabiskan uang untuk nongkrong di kafe hits, belanja barang branded, atau liburan ke tempat-tempat menarik demi eksistensi. Namun, apakah gaya hidup berlebihan ini sekadar tren atau justru menjadi masalah?

1. Tekanan Sosial dan Fear of Missing Out (FOMO)

Iklan Souvenir DETaK

Banyak mahasiswa merasa perlu mengikuti gaya hidup teman-temannya agar tidak dianggap “ketinggalan zaman.” Media sosial memperkuat tekanan ini dengan menampilkan kehidupan yang tampak serba menyenangkan. Akibatnya, banyak yang memaksakan diri untuk terus update gaya hidup, meski kondisi keuangan tidak mendukung.

Contoh nyata:

• Selalu ikut nongkrong di kafe mahal meskipun uang bulanan menipis.

• Membeli gadget terbaru hanya karena teman-teman juga memilikinya.

2. Gaya Hidup Konsumtif: Antara Kebutuhan dan Keinginan

Banyak mahasiswa kesulitan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Alih-alih fokus pada hal yang esensial, mereka lebih sering menghabiskan uang untuk barang atau pengalaman yang sebenarnya tidak mendesak.

Dampaknya:

• Uang kiriman cepat habis sebelum akhir bulan.

• Tidak punya tabungan untuk hal-hal mendesak.

• Terjebak utang, misalnya dengan paylater atau orang lain. 

3. Finansial yang Tidak Terkelola dengan Baik

Banyak mahasiswa belum terbiasa mengatur keuangan dengan baik. Tanpa perencanaan yang jelas, pengeluaran sering kali melebihi pemasukan. Bahkan, beberapa nekat mencari pinjaman atau menggunakan layanan paylater atau pinjaman online untuk memenuhi gaya hidupnya.

Tanda-tanda finansial bermasalah:

• Sering berutang ke teman atau menggunakan paylater tanpa perhitungan.

• Harus menghemat berlebihan di akhir bulan karena terlalu boros di awal.

• Tidak punya simpanan untuk keperluan mendadak.

4. Pengaruh Gaya Hidup Berlebihan terhadap Masa Depan

Gaya hidup konsumtif saat kuliah bisa berdampak jangka panjang. Kebiasaan boros yang tidak terkendali bisa berlanjut setelah lulus, membuat seseorang kesulitan menabung atau berinvestasi. Akibatnya, mereka lebih rentan terhadap masalah keuangan di masa depan.

Pelajaran yang bisa diambil:

• Belajar mengatur keuangan sejak kuliah akan membantu kestabilan finansial setelah lulus.

• Hidup sederhana bukan berarti tidak menikmati hidup, tetapi lebih ke bijak dalam mengelola uang.

Cara Menghindari Gaya Hidup Berlebihan

Bagi mahasiswa yang ingin menghindari jebakan gaya hidup konsumtif, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

? Buat Anggaran Bulanan – Catat pemasukan dan pengeluaran agar lebih terkontrol.

? Prioritaskan Kebutuhan – Bedakan mana yang benar-benar diperlukan dan mana yang hanya keinginan sesaat.

? Cari Alternatif Hemat – Nongkrong boleh, tapi pilih tempat yang ramah di kantong.

? Mulai Menabung dan Berinvestasi – Sisihkan sebagian uang untuk tabungan atau investasi kecil-kecilan.

? Kurangi Pengaruh Media Sosial – Jangan mudah terpengaruh dengan gaya hidup orang lain yang hanya terlihat sempurna di layar.

Kesimpulan

Gaya hidup berlebihan di kalangan mahasiswa bukan hanya tren, tetapi juga bisa menjadi masalah serius jika tidak dikendalikan. Belajar mengatur keuangan sejak dini akan membantu menghindari kesulitan finansial di masa depan. Jadi, daripada hanya fokus pada penampilan dan eksistensi di media sosial, lebih baik mulai membangun kebiasaan finansial yang sehat agar kehidupan setelah lulus lebih stabil.

Penulis bernama Cahya Refiana,mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala

Editor: Sara Salsabila