Artikel | DETaK
Batuk, pilek, dan demam mungkin terdengar seperti gejala flu biasa. Namun, di balik gejala-gejala tersebut, mungkin saja ada virus lain yang sedang menginfeksi tubuh kita. Salah satunya adalah Human Metapneumovirus (HMPV), sebuah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut. Meskipun belum sepopuler COVID-19, HMPV telah menjadi perhatian serius bagi para ahli kesehatan karena dampaknya yang signifikan, terutama pada bayi, anak-anak, dan lansia.
HMPV telah dikenal sebagai salah satu agen penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah akut (ALRTI), yang ditandai dengan gejala seperti bronkiolitis, mengi, dan batuk. HMPV adalah virus RNA untai tunggal dengan polaritas negatif yang memiliki amplop, termasuk dalam subfamili Pneumovirinae dalam keluarga Paramyxoviridae dan genus Metapneumovirus. Virus ini sangat rentan menyerang bayi baru lahir, anak-anak, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (soto et al , 2018).
HMPV pertama kali ditemukan pada tahun 2001 oleh sekelompok peneliti virologi di Belanda. Penemuan ini terjadi ketika para peneliti melakukan isolasi virus dari sampel klinis yang diambil dari 28 anak-anak yang tidak saling terkait secara epidemiologis. Anak-anak ini, yang berusia antara 0-5 tahun, mengalami infeksi saluran pernapasan yang gejalanya mirip dengan infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV), namun hasil tes PCR menunjukkan bahwa penyebab infeksi bukanlah RSV atau virus pernapasan umum lainnya.
Virus ini pertama kali diisolasi dari sel ginjal monyet (TMK) dan menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat. Pertumbuhan virus hanya terlihat pada sel Vero dan A549 setelah penambahan tripsin eksogen ke dalam medium kultur sel. Efek sitopatik (CPE) yang diamati, seperti pembentukan sinstitium besar dan gangguan internal sel multinukleat, mirip dengan infeksi RSV.
Analisis filogenetik menunjukkan bahwa HMPV memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan Avian Metapneumovirus (AMPV), terutama subtipe C. Studi retrospektif serologis mengungkapkan bahwa HMPV telah beredar di populasi manusia selama lebih dari setengah abad sebelum penemuan pertama kali pada tahun 2001.
HMPV menyerang sistem pernapasan dengan cara menginfeksi sel-sel epitel di saluran pernapasan. Proses infeksi dimulai ketika virus masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi droplet yang mengandung virus. Setelah masuk, virus akan menempel pada sel-sel epitel di saluran pernapasan menggunakan protein fusi (F) dan protein glikoprotein (G) yang ada di permukaan virus (Jesse et al, 2022).
Proses Infeksi HMPV
Virus HMPV menempel pada sel-sel epitel di saluran pernapasan menggunakan protein F dan G. Protein F membantu virus menyatu dengan membran sel inang, memungkinkan virus masuk ke dalam sel. Setelah masuk ke dalam sel, virus akan melepaskan materi genetiknya (RNA untai tunggal negatif) ke dalam sitoplasma sel inang. RNA virus ini kemudian digunakan sebagai template untuk memproduksi RNA virus baru dan protein virus. RNA dan protein virus yang baru diproduksi akan dirakit menjadi partikel virus baru di dalam sel inang. Partikel virus baru ini kemudian akan keluar dari sel inang melalui proses yang disebut eksositosis, menghancurkan sel inang dalam prosesnya. Partikel virus baru yang dilepaskan akan menginfeksi sel-sel epitel lainnya di saluran pernapasan, menyebabkan kerusakan jaringan dan peradangan. Hal ini menyebabkan gejala seperti batuk, mengi, dan bronkiolitis.
Virus tersebut ditularkan melalui kontak langsung atau dekat dengan sekresi yang terkontaminasi, seperti air liur, droplet, atau aerosol partikel besar. RNA HMPV ditemukan dalam ekskresi selama lima hari hingga dua minggu setelah gejala muncul. Dampak pada sistem kekebalan tubuh HMPV diketahui menginduksi respons imun bawaan yang lemah, yang pada gilirannya mempengaruhi kekebalan adaptif. Virus ini dapat mengganggu beberapa reseptor pengenalan pola (PRRs) dan jalur sinyal sel yang dipicu oleh gen terkait interferon. Selain itu, HMPV dapat menyebabkan keadaan anergi pada sel T, yang menghambat aktivasi dan polarisasi efektif dari sel-sel kekebalan tubuh. (Pinana et al, 2023).
Dengan cara ini, HMPV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan infeksi yang lebih parah, terutama pada populasi rentan seperti bayi, anak-anak, orang tua, dan individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Tidak hanya berdampak pada sistem kekebalan tubuh, HMPV juga berdampak pada kesehatan individu dan masyarakat.
Dampak Pada Kesehatan Individu:
1.Dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ALRTI). HMPV adalah salah satu penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah akut, yang ditandai dengan gejala seperti bronkiolitis, mengi, dan batuk.
2.Dapat menunjukkan morbiditas yang Signifikan, terutama pada anak-anak di bawah usia 2 tahun dan orang dewasa yang lebih tua. Virus ini dapat menyebabkan gejala yang parah dan komplikasi serius seperti pneumonia, bronkitis, dan bronkiolitis.
3.Dapat menyebabkan komplikasi pada populasi rentan. Pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita kanker atau HIV, infeksi HMPV dapat menyebabkan gejala yang lebih parah dan memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dampak Pada Masyarakat:
1.Penularan yang sangat mudah, HMPV dapat menyebar melalui droplet atau percikan air liur saat individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Virus ini juga bisa menular melalui kontak langsung dengan penderita atau menyentuh barang yang terkontaminasi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang memerlukan perawatan medis, terutama di rumah sakit. Sehingga dapat membebani sistem kesehatan, terutama selama musim puncak infeksi.
Jadi, Apakah Virus HMPV ini sangat berbahaya dan dapat meyebabkan Kematian sama seperti Covid-19?
Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, meskipun virus HMPV ini tidak berbahaya dan tidak mematikan seperti covid-19, namun kita tetap perlu waspada. Solusi yang tepat untuk mengatasi virus ini adalah masyarakat dapat menjaga dan menerapkan pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan. Jika kita mematuhi hal tersebut, maka virus HMPV dapat kita cegah
Penulis bernama Rimaya Romaito Br Siagian, Mahasiswi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Sara Salsabila