Beranda Artikel Eccedentesiast: Si Ahli Penyimpan Kepedihan

Eccedentesiast: Si Ahli Penyimpan Kepedihan

BERBAGI
Ist.

Artikel | DETaK

Pernahkah kamu mendengar kata eccedentesiast? Mungkin kata ini jarang kita dengar, ya. Tapi bagaimana dengan kalimat menyimpan kesedihan dalam senyuman? Pasti kita sudah sangat sering mendengar bahkan mungkin kita orangnya.

Eccedentesiast berasal dari bahasa latin yaitu ecce (aku memperlihatkan), dentes (gigi) dan iast (penghibur). Sedangkan dalam psikologi, istilah eccedentesiast merujuk pada sikap seseorang yang memilih untuk menyembunyikan perasaan sedih, kecewa, trauma maupun stress yang dialami di balik senyuman. Seorang eccedentesiast cenderung tidak suka jika orang lain mengetahui bahwa mereka bersedih. Sehingga mereka berusaha untuk merasa dan terlihat baik-baik saja di hadapan orang lain.

Sebagai seorang manusia, tentu saja kita pernah merasakan sedih, kecewa bahkan putus asa. Semua itu merupakan hal yang wajar dan tergantung bagaimana cara kita menghadapinya. Ada sebagian orang memilih untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapinya kepada orang lain dan mencari solusi bersama. Namun ada sebagian orang yang justru memilih untuk menyembunyikan masalah yang sedang dihadapinya.

Setelah mengetahui apa itu eccedentesiast, yuk kenali tanda-tandanya. Apakah kamu termasuk orang yang eccedentesiast?

Iklan Souvenir DETaK

1. Selalu terlihat ceria

Seseorang yang terlihat selalu ceria dan bahagia belum tentu mereka tidak sedang terluka, seperti halnya seseorang yang eccedentesiast. Mereka tersenyum padahal hati mereka merasa sedih, mereka tertawa padahal hati mereka menangis, mereka terlihat bahagia padahal sedang terluka. Seorang eccedentesiast tidak akan memperlihatkan kesedihannya di hadapan orang lain. Sehingga mereka terlihat selalu ceria dan seperti tanpa masalah.

Meski berat untuk membohongi diri sendiri, tapi seorang eccedentesiast merasa perlu dan mampu untuk melakukannya. Oleh karena itu, mereka tergolong orang yang kuat karena bisa menghadapi kesedihannya sendiri.

2. Berusaha terlihat baik-baik saja

Berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan orang lain ketika sedang menghadapi suatu masalah adalah hal yang sulit. Namun seorang eccedentesiast mampu melakukannya. Bukan berarti mereka tidak butuh bantuan tapi mereka tidak mau melibatkan orang lain dalam masalah yang sedang dihadapinya. Mereka menganggap bisa menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan orang lain.

3. Seorang yang mandiri

Seorang eccedentesiast terbiasa untuk terlihat baik-baik saja dan tidak meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan permasalahannya. Mereka memilih untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. Sehingga mereka juga terbiasa untuk mandiri dalam melakukan segala hal.

4. Terlihat bebas melakukan hal yang mereka sukai

Seorang eccedentesiast biasanya memiliki sifat bebas dan mereka akan melakukan hal yang mereka sukai untuk menghilangkan masalah yang sedang dihadapinya. Bukan ingin lari dari permasalahan, tapi mereka ingin terus menikmati hidup meskipun sedang memiliki masalah. Hal ini merupakan salah satu cara para eccedentesiast mengurangi kesedihan yang dirasakan.

5. Terkadang juga bisa terlihat sedih

Meskipun seorang eccedentesiast pandai menyembunyikan kesedihan dengan senyuman, ada kalanya mereka juga terlihat bersedih. Biasanya hal ini terjadi ketika mereka sedang sendiri dan sedang tidak melakukan apa-apa. Tidak banyak orang yang dapat melihat kesedihan para eccedentesiast. Namun ketika ada orang yang memahami kesedihannya, mereka akan merasa bahagia.

6. Tempat terbaik untuk curhat

Seorang eccedentesiast memiliki rasa empati yang tinggi. Saat mereka tersenyum ketika hati sedang terluka, mereka justru ingin orang yang sedang kesulitan merasa bahagia dengan kehadirannya. Mereka akan mendengarkan dan membantu menyelesaikan masalah orang lain.

Itulah beberapa tanda seseorang yang eccedentesiast. Memang ada baiknya kita tidak melibatkan banyak orang dalam permasalahan yang kita hadapi. Namun tidak ada salahnya juga jika kita sharing dengan orang yang kita percaya atau seorang psikolog. Hal ini mungkin dapat membantu kita mengurangi beban pikiran bahkan menemukan solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.[]

Penulis bernama Irmayani, mahasiswi Jurusan Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala angkatan 2018.

Editor: Indah Latifa