Beranda Artikel Kiat Bukber Tidak Berujung “Wacana Forever”

[DETaR] Kiat Bukber Tidak Berujung “Wacana Forever”

BERBAGI
Ilustrasi. (Shahibah Alyani/DETaK)

Artikel | DETaK

Buka bersama atau yang lebih dikenal dengan akronim “bukber” merupakan kegiatan berbuka puasa beramai-ramai, biasanya dilakukan bersama dengan teman sekolah, kuliah, organisasi, kerja, atau hubungan lainnya yang menjadikan sekelompok manusia tersebut merasa dekat sehingga mewajibkan pengadaan bukber.

Memasuki minggu pertama bulan puasa, ajakan bukber mulai bermunculan. Mulai dari pertanyaan receh dari salah seorang yang biasanya memang hobi memprakarsai kegiatan. Kemudian nantinya akan berlanjut ke diskusi waktu pelaksanaan, lokasi acara, list siapa saja yang dapat ikut, booking serta pemesanan menu, hingga yang paling kompleks, penentuan dresscode.

Iklan Souvenir DETaK

Serangkaian alur tersebut kerap dijumpai dalam setiap perencanaan bukber. Tapi, apakah bukbernya benar-benar terjadi? Kadang kala, baru sampai di tahap diskusi waktu saja sudah banyak perbedaan pendapat. Ujung-ujungnya, pembahasan bukber berhenti. Grup menjadi sepi (kembali) hingga lebaran tiba. Ketika lebaran, grup akan ramai lagi dengan topik baru, yaitu serangkaian ucapan mohon maaf lahir dan batin yang biasanya juga hasil copy paste serta broadcast. Tidak lama setelah itu, akan ada wacana baru: Halal bihalal. Kabar bukber tanyakan saja lagi di tahun depan, semoga terwujud.

Berdasarkan pengalaman yang saya alami – beberapa ajakan bukber yang pernah direncanakan kemudian gagal – berikut terdapat kiat yang dapat membantu mewujudkan kegiatan tersebut:

  1. Nomor satukan bukber itu

Yang utama adalah berikan prioritasmu untuk bukber tersebut. Baik sebagai pihak penyelenggara ataupun yang ikut-ikutan, berpartisipasi itu harus. Ketika wacana sudah mulai dibeberkan, segera turut ramaikan info bukber tersebut sehingga oknum yang bermalas-malasan juga ikut membersamai. Intinya, bersemangat dan tularkan semangat itu.

2. Berhenti berharap, mulai bergerak

Tidak jarang, bukber yang gagal disebabkan karena tidak adanya yang memulai pergerakan. Semua saling menunggu dan berharap akan ada yang mulai mencanangkan ide tersebut. Padahal tidak ada yang salah dari memulai. Dapat diawali dengan bertanya kecil-kecilan di grup serta jangan bosan untuk terus melakukan spam. Saatnya menurunkan rasa egois demi kebaikan bersama. Sungguh, niat muliamu nantinya akan membuahkan hasil yang indah pula.

3. Ada niat yang tulus untuk menyambung silaturahim

Bukber yang baik adalah bukber yang sekaligus sebagai media penyambung tali silaturahim, bukan sekadar makan lalu foto-foto. Ketika bukber, ada baiknya dilakukan life update sehingga tahu kabar satu sama lain. Apalagi jika hubungan dalam grup tersebut sudah sangat jarang berjumpa. Tapi pastikan dulu, apakah silaturahim masih diperlukan? Apakah meski sudah jarang jumpa, kalian tetap tidak asing? Jika iya, maka lanjutkan bukber tersebut.

4. Masih satu frekuensi

Laksana poin sebelumnya, kepastian bahwa masih berada di satu frekuensi yang sama perlu dalam penyelenggaraan bukber. Hal ini penting untuk diketahui karena jika tidak, maka bukber yang dilakukan akan menjadi sia-sia. Selain energi terkuras habis karena berada dengan lingkungan yang sudah tidak cocok lagi, waktu juga terbuang. Bahkan bisa jadi, akan menimbulkan prasangka buruk antar sesama. Alahkah baiknya, ditiadakan saja bukber tersebut daripada setelah acara akan bermunculan pikiran, “kok mereka udah beda, ya?” atau “kok rasanya udah nggak kayak dulu lagi, ya?” juga “kok dia makin sukses tapi aku iri, ya?”

5. Lokasi yang tidak jauh

Pemilihan tempat juga menjadi faktor yang penting dalam pelaksanaan bukber, terutama bagi kaum mageran yang tidak suka berpergian terlalu jauh. Pilih tempat yang berada di tengah-tengah, yang mudah dijangkau oleh semua orang, paling tidak jangkauan maksimalnya adalah 10 km. Lagipula, tidak banyak yang mau berkendara dalam tempuh yang lama di waktu sore hari bulan puasa. Jalanan akan membludak dengan keramaian pedagang dan pemburu takjil. Alih-alih mau berbuka puasa, pahala puasa malah berkurang akibat emosi kesal di jalan.

6. Di waktu maghrib

Lakukan bukber di waktu maghrib. Karena jika pelaksanaan bukber dilaksanakan di waktu zhuhur, target pesertanya adalah anak-anak yang masih belajar untuk berpuasa. Jadwalkan kehadiran bukber paling lama H-1,5 jam dari waktu maghrib tiba. Jangan terlalu cepat. Daripada datang bukber, mereka lebih memilih untuk tidur.

Meski sepele, poin-poin tersebut kurang diperhatikan oleh banyak orang.Terpenting, bukber harus dilaksanakan dengan niat mengharap ridha Allah Swt., bukan sebagai ajang pamer atau caper apalagi dengan landasan fomo (fear of missing out).

Penulis adalah Shahibah Alyani mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik (FT) Universitas Syiah Kuala.

Editor: Farras Fitria Aryani