Beranda Artikel Bijak Gunakan AI, Kritis dalam Berkarya

Bijak Gunakan AI, Kritis dalam Berkarya

BERBAGI
Ilustrasi. (Muhammad Azlan (AM)/ DETaK)
Ilustrasi (Muhammad Azlan (AM)/ DETaK)

Artikel | DETaK

Di era digital yang serba cepat, Artifical Intelligence (AI) telah menjadi salah satu alat yang semakin sering dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai tugas akademis. Teknologi ini menawarkan kemudahan dalam mencari informasi, menganalisis data, hingga membantu menulis esai yang lebih cepat. Namun, dibalik semua keuntungan ini, ada satu hal penting yang perlu diingat. AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti pemikiran kritis yang komprehensif dari kita.

Penggunaan AI dalam tugas akademis memang bisa mempercepat proses, tetapi perlu diingat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir, bukan sekadar menghasilkan karya secepat mungkin. Oleh karena itu, mahasiswa perlu bijak dalam menggunakan teknologi ini. AI bisa membantu, namun pemahaman yang mendalam dan analisis kritis tetap harus datang dari kita sebagai individu

Mengapa harus bijak dalam menggunakan AI?

Pertama, untuk menjaga integritas akademik. Banyaknya mahasiswa mungkin tergoda untuk menyalin hasil dari AI secara langsung tanpa memeriksa ulang kebenaran informasi atau menambahkan pemikiran kritis mereka. Ini bukan hanya berbahaya bagi integritas akademik, tetapi juga menghambat kemampuan kita untuk memahami materi secara mendalam. Plagiarisme, baik disengaja maupun tidak, bisa terjadi jika kita tidak berhati-hati.

Kedua, untuk mengembangkan pemikiran kritis. Saat kita membuat tugas, tujuan utama adalah untuk melatih kemampuan analisis, berpikir kritis, dan menyampaikan ide-ide yang jelas. Jika kita hanya tergantung pada AI, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk mengasah keterampilan ini. Tugas akademis seharusnya menjadi kesempatan bagi kita untuk mengeksplorasi, bukan sekedar menghasilkan sesuatu dengan cepat.

Ketiga, AI belum sempurna. Meski AI bisa memberikan informasi dengan cepat, teknologi ini tidak selalu akurat. Seringkali memberikan hasil yang berdasarkan pola dari data sebelumnya, bukan pemahaman manusia yang mendalam. Oleh karena itu, pentingnya untuk selalu memeriksa ulang informasi yang diperoleh dari AI yang menyesuaikan nya dengan pemahaman kita sendiri.

Lalu, bagaimana menggunakannya dengan bijak?

Pertama, gunakan AI sebagai referensi, bukan sebagai sumber utama. AI dapat membantu kita dalam mendapatkan ide awal atau mencari referensi tambahan, tetapi tetaplah berusaha untuk memahami materi secara mendalam. Gunakan AI dalam memperluas wawasan, tetapi selalu analisis informasi yang diberikan dengan pemikiran kritis.

Kedua, kombinasikan AI dengan sumber lain. Jangan hanya mengandalkan satu sumber dari AI. Carilah referensi dari buku, jurnal, dan artikel ilmiah lainnya. Ini akan membantu memperkaya tugas dan membuatnya lebih komprehensif. Dengan membandingkan berbagai sudut pandang kita dapat menghasilkan tugas yang lebih berbobot.

Ketiga, tembahkan sentuhan pribadi. Saat menggunakan AI, selalu tambahkan analisis, opini, dan sudut pandangan pribadi. Ini menunjukkan bahwa kita benar benar memahami materi yang dibahas, bukan hanya menyalin dan menempel apa yang dihasilkan oleh AI.

Keempat, jangan tergesa-gesa. AI mungkin memberikan hasil yang cepat, tetapi tugas akademis yang berkualitas membutuhkan waktu dan pemikiran yang mendalam. Luangkan waktu untuk menyusun ide, melakukan riset, dan menyunting tugas kita agar sesuai dengan standar akademis.

Maka dari itu penting bagi kita untuk menjadi mahasiswa yang kritis. Kecanggihan teknologi tidak seharusnya menghilangkan esensi dari proses belajar. Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk berpikir kritis, menggali informasi secara mendalam, dan mengembangkan pemahaman yang komprehensif. AI adalah alat yang sangat berguna, tetapi hanya jika digunakan dengan bijak.

Mari kita jadikan AI sebagai partner dalam proses belajar, bukan sebagai “mesin otomatis” yang menggantikan peran kita sepenuhnya. Dengan demikian, kita tidak hanya akan mendapatkan nilai akademis yang baik, tetapi juga keterampilan dalam berpikir kritis dan analisis yang akan berguna sepanjang hidup kita.

Penulis bernama Muhammad Azlan, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas ILmu Sosial dan Ilmu Politik, Univesitas Syiah Kuala.

Editor : Raisa Amanda