Artikel | DETaK
Kita sebagai anak muda pasti sering mendengar pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, mulai dari pelanggran HAM yang berat sekali seperti kasus HAM pada tahun 1965, kasus HAM 1998, kasus HAM di Aceh dan masih banyak lagi. Sampai saat ini juga kita mempertanyakan titik terang dari kasus pelanggaran HAM. Namun ternyata ada aksi yang dilakukan untuk memperjuangkan titik terang dari kasus-kasus pelanggaran HAM.
Apakah anda sudah pernah mendengar Aksi Kamisan? Aksi Kamisan adalah aksi yang dibuat sebagai bentuk perjuangan yang dilakukan setiap hari kamis di depan Istana Negara dengan memakai kaos hitam dan payung hitam bertuliskan tentang HAM, mereka berdiri di depan istana mulai dari pukul 16.00-17.00 WIB. Mereka hanya diam sambil membawa tulisan usut tuntas keadilan.
Hari ini, 18 Januari bertepatan 14 tahun yang lalu adalah hari pertama kali aksi kamisan ini di gelar. Namun 662 kamis sudah mereka lalui, dan mungkin sampai 1000 kamis pun akan mereka lewati jika keadilan tak kunjung datang.
Aksi Kamisan pada awalnya dilakukan kebanyakan orang tua yang anaknya hilang pada tahun 1998, tiga orang sabar yang memprakarsai aksi kamisan ini adalah Suciwati istri mendiang Munir, Marina Katarina Sumarsih ibu mendiang salah satu mahasiswa yang tertembak di peristiwa semanggi I dan Bedjo Untung perwakilan dari keluarga pembunuhan, pembantaian dan pengurungan terhadap orang-orang yang diduga Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965-1966.
Aksi Kamisan tidak hanya digelar di depan istana saja, menurut Sumarsih, aksi kamisan sudah digelar di 30 kota, namun tak jarang mengalami pelarangan bahkan dituduh PKI. Selain itu dari sekian banyak mereka menggelar aksi hanya satu kali mereka diajak masuk ke istana tepatnya pada tanggal 31 mei 2018 lalu.
Kita mungkin heran dan menjadi penarasan sehingga timbul beberapa pertanyaan dipikiran kita. Kenapa harus hari kamis? Mengapa harus memakai baju serempak hitam? Apa pentingnya Aksi Kamisan? Kenapa aksinya diam?
Oke, kenapa harus hari kamis? Hari kamis dipilih karena para peserta sepakat untuk meluangkan waktu bersama-sama melaksanakan aksi ini di depan Istana Presiden pada pukul 16.00-17.00 WIB dimana lalu lintas Istana Presiden ramai oleh kendaraan pulang kerja.
Lalu, mengapa harus serempak hitam? Bagi para aksi kamisan, hitam dipilih karena simbol perlindungan dan keteguhan iman. Sedangkan payung adalah perlindungan fisik dari hujan dan panas matahari.
Terus, apa pentingnya Aksi Kamisan? Nah ini yang harus kita renungkan sebagai generasi penerus bangsa ini, Aksi Kamisan ini adalah simbol perjuangan HAM di Indonesia. Aksi Kamisan juga merupakan upaya untuk bertahan dalam perjuangan mengungkapkan kebenaran, mencari keadilan dan melawan lupa terhadap kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia.
Oke, tapi, kok aksinya diam? Nanti percuma dong, tidak ada yang mendengarkan aspirasinya? Mereka memilih diam untuk menunjukkan diri sebagai bukan perusuh, diam bukan berarti kehilangan hak-hak sebagai warga negara, tetapi keluarga maupun korban tetap ingin menuntut pemerintah untuk tidak diam, mereka ingin kasus ini ditangani.
Sejarah banyak sekali memberikan pelajaran kepada kita, walaupun sejarah itu pahit namun sejarah membantu kita belajar agar tidak jatuh lagi ke lubang yang sama. Pelanggaran HAM menjadi sejarah yang kelam bagi bangsa ini dan kita berharap di kemudian hari kejadian ini tidak terulang kembali. Konsistensi Aksi Kamisan menjadi pelajaran penting bagi pemuda karena sebelum keadilan itu ditegakkan, maka perjuangan itu harus tetap dilanjutkan. Itulah yang mereka lakukan, sebab selama Aksi Kamisan masih bergulir selama itu pula keadilan belum mereka dapatkan. []
Referensi: Tirto.id
Penulis bernama Sahida Purnama, ia merupakan salah satu anggota magang di UKM Pers DETaK USK.
Editor: Della Novia Sandra