
Naily Jannati & Alya Kautsari | DETaK
Darussalam-Komisi Pemilihan Raya (KPR) Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar debat calon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) USK periode 2025 pada Selasa, 24 Desember 2025 di Halaman Gedung Gelanggang Mahasiswa pada 14.40 WIB s.d. 16.45 WIB.
Debat ini mengusung tema “Mewujudkan Kandidat Badan Eksekutif Mahasiswa yang Berwawasan Luas, Berintegritas, Inovatif dan Kreatif serta Berkontributif dalam Memajukan Univeristas Syiah Kuala di Era Digitalisasi”. Kedua pasangan calon, yakni paslon 01 (Muhammad Ikram-Mahlil Maulida) dan paslon 02 (Hafidz Naufal-Haikal Alputra) hadir didampingi oleh tim sukses masing-masing. Acara ini juga melibatkan tiga panelis yang merupakan akademisi USK, yaitu Sri Rezeki (Wakil Dekan Kemahasiswaan, Alumni, dan Kemitraan Kedokteran Gigi), Prof. Muhammad Irham (Wakil Dekan Kemahasiswaan, Alumni, dan Kemitraan Fakultas Kelautan dan Perikanan) dan Prof. Abdul Jamal (Wakil Dekan Kemahasiswaan, Alumni, dan Kemitraan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) serta tim sukses dari kedua paslon.

Muhammad Ilham Maulana selaku Direktur Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni USK, dalam sambutannya menekankan debat ini sebagai media untuk mengenal visi-misi calon.
“Kampanye ini penting supaya kita melihat sejauh mana visi orang yang akan kita tunjuk menjadi ketua dari sebuah organisasi yang mewakili 35 ribu mahasiswa,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Abdul Jamal menyampaikan dalam proses debat dan tanya jawab, panitia tidak memberikan tema khusus kepada panelis. Hal ini menyebabkan pertanyaan yang diajukan cenderung serupa.
“Panelis tidak ditentukan temanya secara umum saja, makanya tadi ya ada hampir” mirip pertanyannya karena tidak ditentukan, tapi kalau misalnya sudah ditentukan tema kita kan panelis nya tinggal dibagi saja subtema ini untuk ini dan terbagi semunya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Prof. Abdul Jamal menyebutkan jawaban kedua paslon kurang fokus pada inti penyelesaian masalah. Menurutnya, mahasiswa tidak hanya terikat pada persoalan kampus, namun juga harus memperhatikan isu-isu sosial dan masyarakat.
“jawabannya itu lebih ke organisasi yang mereka menjawab tetapi tidak kepada substansi untuk menyelesaikan permasalahan” yang ada di dalam kampus juga diluar kampus, karena kalau berbicara mahasiswa itu tidak hanya melulu untuk persoalan kampus yang diselesaikan tetapi dia sebagai bagian integrasi masyarakat itu juga dia harus memperhatikan lingkungan sebenarnya, harus memperhatikan hal-hal sosial,” jelasnya.
Di akhir, beliau mengingatkan pada mahasiswa yang akan memilih, agar mempertimbangkan kemampuan calon dalam menyelesaikan masalah, bukan hanya kemampuan berorasi.
‘’Pertama saya berharap mahasiswa pemilih juga punya tingkah rasionalitas yang tinggi artinya dia bisa melihat kemampuan dari calonnya, jadi bukan hanya karena pintar ber orasi tetapi emang punya kemampuan untuk menyelesaikan persoalan”, nah begitu juga untuk siapapun yang terpilih tentu dia harus bisa memperbaiki berbagai permasalahan yang ada dilingkungan mahasiswa termasuk yang ada di lingkungan masyarakat,” harapnya.[]
Editor: Amirah Nurlija