Beranda Terkini Adakan Pelatihan PFA Untuk Trauma, BK USK Gandeng Direktur Konseling Asal Malaysia

Adakan Pelatihan PFA Untuk Trauma, BK USK Gandeng Direktur Konseling Asal Malaysia

BERBAGI
Pemberian Plakat Kepada Dr. Pau Kee.06/03/2024.(Dok.Panitia)

Ade Irma Aprianti | DETaK

Darussalam-Program Studi Bimbingan Konseling (BK) Universitas Syiah Kuala (USK) bersama University Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia mengadakan pelatihan keterampilan Psychological First Aid (PFA) untuk trauma di Audit Lantai 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) USK pada Rabu, 6 Maret 2024. Pelatihan ini diisi oleh Dr. Pau Kee selaku Direktur Konseling Pusat UPSI.

Hetti Zualini selalu dosen BK USK mengatakan bahwa pelatihan ini digagas karena mengingat banyak kondisi yang berpotensi menimbulkan trauma. Dengan kondisi ini sumber daya bantuan seperti tenaga psikologi dan konseling masih terbatas sehingga dibutuhkan keterlibatan orang banyak dengan bekal pemahaman penanganan.

Iklan Souvenir DETaK

“Saat ini isu yang paling banyak terjadi di kalangan pelajar kita ada bullying, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual. Kasus kasus ini semakin hari semakin meningkat, nah ini adalah sebuah kondisi-kondisi yang akan menimbulkan trauma, sedangkan tenaga yang menolong, seperti tenaga psikologi, tenaga konseling yang mampu melakukan itu masih sangat terbatas, nah kita butuh banyak orang, banyak mahasiswa yang siap bergerak tanpa dibayar, karna kalo kita berharap pada siapa yang mau bayar mereka, maka ini gak akan terlaksana,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Pau Kee berharap agar lebih banyak orang, bahkan yang bukan dari latar belakang konseling atau psikologi, dapat memberikan bantuan pertama psikologis dasar untuk situasi-situasi darurat.

Saye (saya) nak (ingin) lebih ramai orang ade (ada) kemahiran ini sebab bantuan awal Psikologi die (dia) bukan sahaje (saja) untuk mereke (mereka) yang ade latar belakang konseling ataupun psikologi, so dia nak untuk semue (semua) orang yang berminat untuk membantu die perlu ade kemahiran asas itu supaye (supaya) bile (bila) turun mereke boleh bantu orang lain, at least kalo kite membantu kite tak ade ilmu psikologi, konseling, tapi kite boleh bantu menengah, kite pakai bantuan yang asas,” tuturnya.

Salah satu peserta, Azna mengatakan bahwa kegiatan ini menarik baginya karena setiap orang memiliki trauma dan pelatihan ini menjadi media untuk memahami trauma tersebut.

“Menarik karena selama ini kita gak pernah buat gini trus sampe mendatangkan orang dari kampus luar, dari kampus yang istilahnya lebih lah dari kita gitu untuk belajar sama sama, apalagi ini trauma kan, lebih menarik aja karna kita semua punya trauma masing masing, trus sekarang kita punya media untuk belajar tentang trauma itu,” ujarnya.[]

Editor: Masya Pratiwi