Beranda Terhangat Mengikuti Program Pertukaran, Begini Pengalaman dan Culture Shock Mahasiswa PMM

Mengikuti Program Pertukaran, Begini Pengalaman dan Culture Shock Mahasiswa PMM

BERBAGI
Perkumpulan Pertukaran Mahasiswa Merdeka (Dok. Panitia)

Anisha Ulya Z | DETaK

Darussalam-Program Pertukaran Mahasiswa (PMM) Batch 4 kembali diadakan pada tahun ajaran semester genap. Kali ini Universitas Syiah Kuala (USK) menerima 230 mahasiswa yang terdiri dari berbagai universitas seluruh Indonesia. Menjalani kehidupan  sebagai mahasiswa tentu banyak hal yang harus dilewati apalagi menjadi mahasiswa di kota orang dengan kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda tentu akan mendapatkan kendala dan rintangan.

Sejak dimulainya masa perkuliahan 22 Januari 2024 lalu, Universitas Syiah Kuala kembali diramaikan   dengan segala aktifitas mahasiswa. Tak terkecuali mahasiswa yang mengikuti program pertukaran. Ingin memperluas relasi, belajar culture daerah baru serta ingin merasakan system pendidikan di pulau berbeda adalah alasan mahasiswa antusias dengan program ini.

Iklan Souvenir DETaK

Salah satu mahasiswa yang mengikuti program ini adalah Alfi yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Kendari program studi Bisnis Digital Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam angkatan 2022. Dari awal kedatangan Alfi merasa jika Aceh merupakan daerah yang unik dan damai. Berbeda sekali dengan informasi yang ia dapatkan sebelumnya dimana Aceh dikenal dengan hukum cambuk dan larangan yang ketat. Alfi juga bercerita jika ia dengan mudah mengikuti materi perkuliahan dan sosialiasasi dengan masyarakat sekitar.

“Orang-orang akademiknya itu juga  ramah-ramah gak mempersulit mahasiswa terutama kami yang anak PMM kan, terus juga untuk proses belajar mengajarnya itu saya suka banget,” jelas Alfi.

Mahasiswa lainnya adalah Ainu Putri Rahmawati yang berasal dari Universitas Negergi Surabaya. Setelah hampir satu bulan tinggal di Aceh Ainu menyadari jika masyarakat Aceh masih sangat memegang teguh kebudayaanya. Kentalnya kebudayaan Aceh membuat Ainu merasa sangat bangga dan terpukau.

“Kesan pertama sekali saat saya sampai di Aceh itu saya bangggaaa sekali  dan bersyukur sekali. Pertama kali pesawat landing di bandara itu kaya  Masya Allah ternyata udara Aceh  itu seperti ini itu luar biasa,” ujarnya.

Universitas Syiah Kuala fasilitas berupa asrama dan trancampus untuk transportasi. Sedangkan situs sejarah Museum Tsunami dan Mesjid Raya Baiturrahman juga masih menjadi destinasi yang sering dikunjungi mahasiswa PMM. Seperti mahasiswa asing lainnya, baik Alfi dan Ainu  juga merasakan culture shock seperti perbedaan waktu sholat, pengisian KRS, cuaca dan  makanan. Menurut teman-teman PMM masakan Aceh dirasa lebih kaya akan rempah dan pedas. Namun perbedaan inilah yang membuat pengalaman mereka lebih berkesan. []

Editor: Nelfira Upika