Puisi | DETaK
Di tanah lahirku yang dulu terang
Kini suram, redup tak bernyawa
Derita mengalir di sepanjang jalan
Melihat mimpi yang kini tertutup debu
Anak negeri menangis lirih
Memandang setiap sudut di banjiri kebohongan
Rasanya raga ingin berlari
Namun ikatan mengekang diri

Di manakah cahaya yang dulu mengalir?
Kini kelam tertimpa duka
Impian tenggelam tanpa jejak
Lenyap ditelan kabut gelap
Kemana pemimpin yang dulu bersumpah?
Kemana janji yang dulunya terucap?
Akankah ini sekedar ilusi belaka?
Ataukah semua hanyut tanpa kepastian?
Lihatlah, wahai pemimpin!
Lihatlah, mata sendu rakyatmu!
Bangunlah, wahai pemilik kuasa!
Pandangin negeri yang hampir mati ini
Mengapa kau tega membiarkan derita merajalela?
Hukum-hukum tertulis, namun tak tegak
Tajam keadilan kini tumpul tak berdaya
Berpihak pada mereka yang bertahta
Ibu pertiwi menangis, menitikkan air mata duka
Melihat anaknya hidup merintih
Biarpun bayangan gelap merajai tahan air
Bukan berarti tanda untuk berhenti
Ayo bangkit anak negeri!
Jangan biarkan kezaliman tertawa
Korbankahlah lelah dan air mata
Sampai cahaya kebenaran menerangi negeri yang di landa kelam
Penulis bernama Jihan Sabila Fadma, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Syiah Kuala.
Editor: Cut Irene Nabilah