Beranda Buku Perempuan-Perempuan Pengukir Sejarah

Perempuan-Perempuan Pengukir Sejarah

BERBAGI
Sampul depan buku Perempuan-Perempuan Pengukir Sejarah. Ist

Judul: Perempuan-Perempuan Pengukir Sejarah

Penulis: Mulyono Atmosiswartoputra

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)

Iklan Souvenir DETaK

ISBN: 978-602-455-271-8

Tebal: 327 Halaman

Cetakan: I, 2018

Perempuan-Perempuan Pengukir Sejarah adalah sebuah buku yang dibuat berlandaskan perjuangan seorang perempuan yang turut andil dalam memperjuangkan bangsa Indonesia. Buku ini menceritakan delapan belas (18) tokoh perempuan. Sejak jaman kerajaan, Perempuan sudah memiliki peranan penting dalam mempertahankan harkat dan martabat bangsanya.

Pocut Baren adalah seorang perempuan pejuang dan Uleeebalang yang berasal dari Aceh, sejak kecil ia dididik dengan pelajaran agama Islam sehingga ia tumbuh menjadi perempuan yang memiliki kepribadian yang gigih. Bahkan ia berani berjuang dengan harta, kedudukan bahkan nyawanya demi kepentingan agama dan bangsa.

Saat Aceh menghadapi kolonialisme Belanda, Pocut Baren berjuang melawan penjajah Belanda tersebut bersama dengan Cut Nyak Dhien. Walaupun Pocut Baren harus kehilangan kedua kakinya karena ia tertembak dalam pertempuran melawan pasukan musuh, Pocut Baren tetap tegar dan terus melakukan pergerakannya dalam mempertahankan norma agama dan adat Aceh.

Dahulu perempuan di Indonesia dalam hal berpendidikan sangat dibatasi, sehingga kaum hawa menjadi kaum yang terpinggirkan pada waktu itu. Namun perjuangan mereka akhirnya menjadi bukti bahwa mereka mampu menjadi perempuan pejuang yang tangguh saat kekuatan masih didominasi laki-laki.

Seperti yang diceritakan di buku ini, pada masa kerajaan ada seorang perempuan pertama yang mendapatkan kepercayaan untuk menjadi pemimpin kerajaan. Ratu pertama itu adalah Tribhuanatunggadewi Jayawisnuwardhani yang berhasil memimpin Kerajaan Majapahit III. Pada akhir riwayatnya Tribhuanatunggadewi Jayawisnuwardhani dilukiskan sebagai Parwati yang arcanya ditemukan di Candi Rimbi. Dikatakan Parwati dikenal sebagai simbol perempuan yang benar-benar memiliki seluruh syarat terbaik sebagai seorang ibu dan istri.

Dikisahkan juga ada seorang perempuan berkat perjuangannya pemerintah menetapkannya sebagai pahlawan kemerdekaan nasional yang diputuskan melalui Keputusan Presiden No 108 Tahun 1964. Perempuan tersebut adalah Raden Ajeng Kartini atau dikenal dengan R.A Kartini. Ia mempelopori kebangkitan perempuan pribumi, dimulai dari dirinya yang berhasil menempuh pendidikan dan mendirikan sekolah perempuan serta mencerdaskan kaum perempuan yang berada di status sosial yang rendah. Kesadaran Kartini mulai terbuka ketika banyak melihat penderitaan yang di alami perempuan di Jawa.

R.A Kartini juga membuat surat sebagai bentuk perhatian besarnya pada pendidikan kaum perempuan yang hampir selalu ia tulis. Seperti salah satu penggalan surat Kartini kepada Nyonya Ovink menyatakan: “Dari perempuanlah manusia itu pertama-pertama menerima pendidikan. Di pangkuan perempuanlah seseorang mulai belajar merasa, berpikir dan berkata-kata. Dan bagaimanakah ibu-ibu bumiputera dapat mendidik anak-anaknya, kalau mereka sendiri tidak berpendidikan?

Ada beberapa perempuan lainnya yang diceritakan di buku ini jika melihat kembali pada sejarah, Tengku Fakinah seorang perempuan yang dikenal sebagai Ulama Perang dan Panglima Perang yang berani dan tangguh dalam melawan penjajahan, Ibu Inggit Ganarsih yang merupakan perempuan pejuang tangguh yang mengantar Soekarno ke gerbang kemerdekaan, HR Rasuna Said pernah dipenjara oleh Belanda karena orasinya, SK Trimurti dikenal sebagai Menteri Perburukan Republik Indonesia.

Selain itu Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan) seorang wanita yang penting dalam hal sosial, budaya dan pendidikan yang memberdayakan Perempuan lewat Forum Pengajian, Maria Walanda Maramis seorang perempuan yang mencerdaskan perempuan dengan membentuk organisasi PIKAT, Megawati Sukarnoputri menjadi presiden wanita pertama di Indonesia, Wartawan Tiga Zaman dan masih banyak lagi cerita si penulis yang memberikan contoh yang baik seperti sifat-sifat yang dimiliki oleh tokoh perempuan.

Di dalam buku ini penulis menceritakan delapan belas (18) tokoh perempuan dengan begitu detail, dimulai dari perjuangan mereka juga riwayat keluarga hingga apa saja yang sudah mereka lakukan sampai masa akhir hidupnya. Banyak sekali hal yang bisa dipetik ketika kita membaca kisah tokoh-tokoh perempuan pengukir sejarah ini.

Buku ini sangat mudah untuk dipahami oleh berbagai kalangan baik yang berkecimpung di dunia sejarah atau tidak. Hal ini karena bahasa yang dipakai dalam memaparkan pandangan serta fakta yang ada dengan bahasa yang begitu ringan. Penulis sangat runtut dalam memaparkan materi sehingga memudahkan pembaca memahami alur yang dibuat.

Untuk mengetahui siapa saja tokoh perempuan-perempuan yang mampu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, maka buku ini sangat bagus untuk dijadikan acuan karena di dalamnya memuat sejarah yang menambah nilai edukasi yang lebih baik. Di dalamnya juga dilampirkan gambaran tokoh-tokoh perempuan, simbol-simbol sejarah dan gambaran berupa bentuk hasil karya yang menjadi topik awal perjuangannya. Buku ini juga sangat memberikan inspirasi bagi perempuan-perempuan Indonesia agar terus berkarya sebagaimana seorang perempuan yang memiliki keberanian, kegigihan, jiwa sosial yang tinggi untuk ikut andil membangun bangsa ini. []

Peresensi adalah Agika Putri. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Syiah Kuala. Ia juga aktif di UKM Pers DETaK Unsyiah.

Editor: Sri Elmanita S.