Resensi | DETaK
Identitas film
Judul: Ananta
Genre: Romance
Sutradara: Rizki Balki
Produser: Manoj Punjabi
Perusahaan produksi: MD Pictures
Negara: Indonesia
Bahasa: Indonesia
Tanggal rilis: 3 Mei 2018
Pemain: Michelle Ziudith (Tania), Fero Walandow (Ananta Prahadi), Nino Fernandez (Pierre), dan sederet artis lainnya.

Ananta merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada 3 Mei 2018. Film ini disutradarai oleh Rizki Balki dan diadaptasi dari sebuah novel karya Risa Saraswati yang berjudul Ananta Prahadi. Film ini dibintangi oleh Michelle Ziudith, Fero Walandouw, Nino Fernandez, dan artis lainnya. Ananta memperoleh sebanyak 76 ribu lebih penonton dalam 10 hari penayangan.
Film Ananta menceritakan tentang dua remaja SMA yang bernama Tania dan Ananta. Keduanya memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Tania adalah seorang gadis yang antisosial, mudah tersinggung, dan pemarah. Meskipun begitu, Tania sangat mahir dalam bidang seni yaitu melukis. Imajinasinya yang sangat kuat, terkadang ia tuangkan dalam goresan-goresan karya yang ia buat dalam kertas atau kanvas.
Suatu ketika, hadirlah sosok laki-laki bernama Ananta Prahadi di kehidupan Tania. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sifat Tania dan Ananta sangat bertolak belakang. Ananta adalah laki-laki yang lemah lembut, baik hati dan terkenal udik. Ananta yang berusaha ingin dekat dan berteman dengan Tania pun harus melalui tahapan yang sulit. Karena Tania orang yang ketus ketika di ajak bicara, dan cenderung menghindar ketika didekati. Tetapi hal tersebut tidak membuat Ananta menyerah, berbagai cara ia lakukan agar bisa berteman dengan Tania.
Setiap harinya, Ananta memasak menu nasi kerak karena ia tahu bahwa Tania menyukai makanan tersebut. Semenjak saat itu, keduanya menjadi dekat dan akhirnya mereka berteman. Kedekatan keduanya semakin hari membuat Tania menjadi luluh. Tania merasa dirinya dihargai dan diapresiasi ketika Ananta ada dihidupnya. Hingga suatu hari, Tania meminta Ananta untuk menjadi rekan kerjanya di galeri seni miliknya. Namun saat di pertengahan film, Ananta tiba-tiba menghilang sehingga membuat Tania depresi bahkan mencari keberadaan Ananta. Kehilangan Ananta pada malam hari itu membuat Tania menangis hingga mengurung dirinya di kamar.
Saat Ananta kembali pulang, ia membawa seorang pria muda tampan bernama Pieere dan mengenalkannya pada Tania. Datangnya Pierre di kehidupan Tania membuat hidupnya semakin membaik. Namun, saat berada di dekat Pierre tiba-tiba membuat Tania merasa hampa, sedangkan ketika bersama Ananta, hatinya begitu senang dan bahagia.
Sebagai sebuah film drama romantis Indonesia, Ananta memang masih terjebak dengan segala tanda yang bisa dikategorikan sama dengan film-film serupa. Film ini membahas tentang kehilangan sosok yang sangat dirindukan dan dikemas dengan cara yang sama dan tidak bisa menjadi sesuatu yang segar di dalam genrenya. Tetapi secara mengejutkan, dibalik caranya yang sama dalam mengemas dan menceritakan hal tersebut, film Ananta berhasil menunjukkan performanya yang pas sehingga film ini masih sangat bisa dinikmati dibandingkan dengan film-film serupa lainnya.
Selain itu, film Ananta juga memiliki alur cerita yang menarik dan dikemas dengan rapi sehingga seakan-akan membawa penonton merasakan setiap adegan yang ditampilkan. Alur cerita yang sedikit mengejutkan tentu menjadi poin tersendiri bagi film ini. Alur ceritanya yang berhasil mencampuradukkan berbagai emosi, mulai dari rasa senang, lucu, romantis, hingga haru, tergambar dengan jelas dari setiap adegan cerita yang ditampilkannya. Terlebih lagi akting dari para pemain yang sangat natural dan menjiwai karakter masing-masing tokohnya sehingga membuat film ini tidak bosan ketika ditonton berulang kali.
Penulis adalah Cut Irene Nabilah, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor : Khalisha Munabirah