Sudah tiga tahun berlalu sejak pelantikan Irwandi Yusuf sebagai gubernur Aceh, kini Aceh tengah bersiap-siap untuk mencari sosok pemimpin baru seiring dengan akan berakhirnya periode pemerintahan Irwandi Yusuf akhir 2011 ini. Isu-isu pun beredar, sejumlah nama mencuat ke permukaan, salah satu diantaranya adalah Darni Daud, Rektor Unsyiah yang telah menjabat selama dua periode pemerintahan.
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Aceh akan berlangsung akhir tahun 2011 mendatang, sejumlah nama sudah mulai ditawarkan kepada masyarakat Aceh untuk menjadi orang nomor satu di Aceh. Nama calon yang sering disebutkan akan mencalonkan diri diantaranya adalah Irwandi Yusuf (Gubernur Aceh sekarang), Mawardi Nurdin (Walikota Banda Aceh dan Ketua Partai Demokrat Aceh), Muhammad Nazar (Wakil Gubernur Aceh), Tarmizi A Karim (Mantan Bupati Aceh Utara), Nova Iriansyah (Anggota DPR/RI), Ahmad Farhan Hamid (Wakil Ketua MPR/RI), Ali Yacob (Anggota DPR/RI), Darni M Daud (Rektor Unsyiah), dan sejumlah tokoh Partai Aceh seperti Malik Mahmud, Zaini Abdullah, dan Muzakir Manaf.
Mendengar isu bahwa Darni M Daud akan naik menjadi calon Gubernur, sejumlah komentar pro dan kontra mencuat ke permukaan. Salah satunya dari Kukuh Bagus mahasiswa semester tiga ilmu politik. Kukuh bertanya-tanya sebenarnya apa tujuan Rektor naik menjadi calon gebernur? Program apa ke depan yang akan di usungnya? Apakah program pendidikan yang seperti di Unsyiah sekarang?
“Jika rektor berencana mengusung program pendidikan seperti di Unsyiah sekarang, lebih baik tidak usah, lagi pula sepak terjang beliau juga tidak hebat, masih banyak dosen lain yang lebih hebat , namun karena jabatan politiknya saja sebagai Rektor.” Ucap lelaki ini.
Selama Kukuh kuliah di Unsyiah, ia merasa tidak ada kemajuan signifikan pada saat Darni M Daud menjabat sebagai rektor dan masih banyak permasalahan yang terjadi di Unsyiah dari mulai masalah SPP, fasilitas, sampai dana keluar masuk beasiswa yang tidak jelas dan tidak transparan.
Menurut Kukuh, akademisi tidak cocok untuk menjadi politisi, karena hanya mempunyai pengalaman teoritis tetapi tidak mempunyai pemahaman emperik. Pemahaman emperik itu penting untuk menunjang teori. Teori memang penting tapi pengalaman juga penting
“ Rektor belum sanggup untuk mengurus Aceh karena mengurus Unsyiah saja ia belum sanggup, apalagi mengurus Aceh yang terdiri dari beberapa Kabupaten. Rektor seharusnya menyelesaikan masalah di kampus terlebih dahulu, sedangkan masalah ke depan bisa dipikirkan nanti” tambahnya.
Ketua BEM Fakultas Kedokteran, Abdullah Azmy juga berpendapat sama, ia kurang setuju jika Rektor menjadi calon Gubernur karena ia merasa transparansi dana di Unsyiah saja belum bisa dilakukan Rektor dengan baik apalagi Darni adalah pemimpin Utama di Unsyiah, siapa yang akan menggantikannya jika beliau menjadi Gubernur karena akan memakan proses yang lumayan lama.
“Rektor belum siap untuk menjadi calon gubernur karena untuk menjadi cagub harus ada partai yang mendukung. Jika ditinjau dari tingkat universitas, Darni harus banyak membenahi kampus namun jika dilihat dari kesiapan pribadinya untuk memimpin Aceh, masih belum bisa dinilai apakah Darni sanggup atau tidak,” ujar Azmy.
Lain halnya dengan Ketua Bem Fakultas Hukum, Zakaria Adnan, ia mengatakan bahwa ia merasa bangga jika Rektor Universitas Syiah Kuala akan mencalonkan diri sebagai kandidat menuju Aceh satu. Peluang menang atau tidak itu bukan urusannya. Namun jika Darni tetap mencalonkan diri, Zakaria akan tetap mendukungnya.
“Saya akan tetap mendukungnya karena beliau adalah ayah kita di Unsyiah sekarang ini,” ungkapnya yakin.
Zakaria mengatakan bahwa ia tidak memiliki wewenang untuk menanggapi masalah kesiapan Darni menuju Aceh I “Jika beliau ingin jadi Aceh I (gebernur.Red), bukan hal yang tidak mungkin dilakukan karena banyak jalan untuk mewujudkan itu. Namun, Darni harus menyelesaikan dulu urusannya di USK, setelah itu baru ia bisa melaksanakan tujuannya tersebut.” Ungkap Zakaria.
Zakaria juga menambahkan agar Rektor bisa transparan karena itulah harapannya selama belajar di Unsyiah
Begitu juga dengan Alfian Muhiddin, Presiden Mahasiswa ini berpendapat, siapapun orangnya tak masalah jika ingin mencalonkan diri sebagai gubernur selama bisa membawa perubahan yang positif di Aceh.
“ Saya tidak akan langsung mendukung Darni, tapi saya akan menilai dulu siapa yang berhak untuk dipilih.” Ujarnya.
Tak hanya mahasiswa, dosen-dosen juga sudah mendengar isu tersebut. Salah satunya Dosen Fakultas Hukum dan FISIP, Shaleh Sjafie mengemukakan bahwa ia kurang setuju jika rektor mencalonkan diri sebagai gubernur karena menurutnya jika ditinjau dari segi etika dan moral akademis ia tidak patut.
Ia juga menambahkan bahwa secara hukum siapa saja memang berhak mencalonkan diri sebagai kepala daerah tetapi secara moral akan menjadi bahan pembicaraan orang lain. Itu artinya asas kepatutan yang dilanggar. Seharusnya Darni mereliasasikan dulu visi misinya sebagai rektor di periode kedua ini.
“ Mestinya Darni harus lebih fokus memperbaiki dan meningkatkan tridarma perguruan tinggi secara intensif, hukum bisa diakali jika moralitas orang tidak bagus,” ungkapnya.
Shaleh juga menjelaskan jika Darni mencalonkan diri di periode mendatang mungkin orang akan lebih banyak mendukungnya. Senat yang dulunya mendukung Darni untuk menjadi rektor akan merasa kecewa jika Darni tidak bertanggungjawab terhadap jabatannya. Universitas juga akan goncang dan mengalami krisis kepemimpinan jika kedepan Darni benar-benar akan menjadi gubernur.
Lain halnya dengan Denni Iskandar, dosen FKIP, ia menyambut positif mengenai isu yang satu ini.
“Semua orang di dunia ini mempunyai hak mengekspresikan diri untuk menjadi apapun, termasuk Darni,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa Darni mencalonkan diri atas nama Darni Daud, bukan Rektor Unsyiah, jadi tak ada seorang pun yang berhak melarang itu, sebab dalam alam demokrasi tukang becak, bintang film dan apapun profesinya berhak mencalonkan diri. Denni merasa Darni mempunyai obsesi kepemimpinan yang tinggi,
“Yang saya tahu sosok Darni itu selalu ingin tampil di depan, Saya berharap jika Darni benar-benar terpilih menjadi gubernur kedepan ia bisa menyejahterakan masyarakatnya, menjaga perdamaian, dan tentunya idealisme akademis bisa mewarnai kepemimpinannnya.” Tutupnya.
DETaK | Lisma Linda