Beranda Feature Mahasiswa USK Raih Runner Up dalam Kompetisi Social Project Innovilage

Mahasiswa USK Raih Runner Up dalam Kompetisi Social Project Innovilage

BERBAGI
Mahasiswa USK raih anugerah Runner UP dalam kompetisi Social Project Innovilage dengan meraih anugerah Runner Up dalam kategori Zero Waste Solution di Universitas Telkom, Bandung, Jawa Barat. (Dok. Pribadi)

Elisawati, Salsabira | DETaK

Darussalam–Mahasiswa USK kembali membanggakan kampus melalui prestasinya pada kompetisi Social Project Innovilage oleh Tim KORAN (Kompor berbasis sampah Organik Ramah lingkungAN) dengan meraih anugerah Runner Up dalam kategori Zero Waste Solution. Melalui panduan ketua tim oleh Nabilla Maharani, dan turut sukses oleh kerjasama anggota tim yang terdiri dari Ihsan Perdana Putra juga Nauma Laila.

Sampah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan, khususnya sampah rumah tangga, salah satunya berupa sisa makanan yang merupakan sampah organik. Mempertimbangkan kasus tersebut Tim KORAN mencari daerah yang terdapat TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yaitu Gampong Jawa, Kuta Raja, Banda Aceh. Serta memilih para IRT (Ibu Rumah Tangga) sebagai peserta pemberdayaan dalam kegiatan mereka, dengan menyerukan slogan “Dari Dapur untuk Dapur Kembali”.

Iklan Souvenir DETaK

Melalui penelitian, diketahui bahwa ternyata sampah yang masuk pada TPA Gampong Jawa ini tidak mengalami proses pemilahan terlebih dahulu. Sehingga sampah organik dan anorganik saling tercampur satu sama lain yang mampu menghasilkan beberapa resiko nantinya, salah satunya dapat menimbulkan kelongsoran maupun kebakaran pada daerah tersebut. Resiko membahayakan lainnya juga dapat menyebarkan penyakit. Melihat hal itu Tim KORAN bekerja sama dalam menciptakan solusi akan kasus di daerah tersebut.

“Kami membawa solusi Biodigister sebagai salah satu alternatif untuk memanfaatkan dan mengurangi jumlah sampah. Karena bahan baku dalam proses ini adalah sampah organik sehingga memudahkan khususnya para IRT, untuk berkontribusi langsung dalam pengolahan yang nantinya dapat menghasilkan gas, energi listrik juga pupuk yang baharu. Hal ini tentunya dapat membantu secara ekonomi bagi masyarakat dalam menghemat pengeluaran membeli gas LPG,” ujar Nabilla.

Selain membentuk solusi Biodigister, mereka juga membentuk alat antisipasi yaitu IOT atau sensor kebakaran yang terhubung dengan internet, hal ini dikarenakan olahan gas yang bisa berpotensi kebakaran apabila ada pematik api.

“Selain produk pemberdayaan kami itu biodigister, kami juga menciptakan IOT atau Sensor Kebakaran yang dihubungkan dengan internet. Karena mereka mengolah bio gas yang apabila ada pemantik api bisa saja berpotensi kebakaran, maka diperlukan alat untuk mengantisipasi. Meskipun IOT (Internet Of Things) nya masih dalam bentuk pengembangan saat ini, namun untuk alatnya sendiri sudah kami rakit dan berikan ke masyarakat begitu juga dengan bio gas digaster yang sederhana itu,” tambahnya.

Selain memberdayakan mesyarakat untuk mengolah biogas dari sampah organik, Tim KORAN juga turut melakukan sosialisasi edukasi yang terdiri dari 3 sesi, pemilahan sampah organik dan anorganik serta pengolahan sampah organiknya, kesiapsiagaan menghadapi kebakaran, penanganan pertama dalam luka bakar. Materi dari sosialisasi ini memberi solusi dan kebermanfaatan jangka panjang dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak terbatas hanya pada saat kegiatan pemberbadayaan ini berjalan.

Kegiatan ini tentunya tidak hanya berjalan mulus tanpa bebatuan selama proses nya, terdapat juga beberapa masalah yang menjadi tantangan bagi Tim ini. Nabilla mengungkapkan kekhawatiran utama mereka ada pada konstensi ibu-ibu untuk terus menjalankan kegiatan ini. Karena pembuatan biogas bermain dengan waktu, jadi tidak dalam sekali pembuatan langsung menghasilkan, namun membutuhkan sekurang-kurangnya waktu 1 bulan sampai gas yang dihasilkan itu cukup banyak dan memiliki tekanan yang besar untuk mengeluarkan api.

Nabilla juga menceritakan eksperimen Tim nya dalam jangka waktu seminggu, yang mampu menghasikan gas namun hanya tertampung tetapi tekanannya tidak cukup kuat untuk menghasilkan api, walaupun sudah memantiknya dengan korek api. Lalu tantangan kedua terdapat pada alat, dikarenakan alat ini masih manual yang dirakit sendiri. Jadi memang bisa saja mengalami kebocoran, dan berbahaya jika ada pemantiknya.

Oleh karena itu Tim KORAN mengerahkan segala usaha mereka dalam mengupayakan semaksimal mungkin untuk menghindari kebocoran, dengan berhati-hati dalam pembuatannya juga melakukan beberapa kali pengujian.

“Alhamdulillah dari awal kami melakukan audiensi dengan masyarakat khususnya irt di gampong jawa ini, mereka memberi respon yang sangat positif. Mereka sangat aktif, dan memberi dukungan penuh pada kegiatan ini. Terbukti saat kami melakukan sosialisasi maupun pelatihan, mereka dengan senang hati mengikuti dan memberikan feedback yang baik,” ujarnya.

Melalui wawancara dengan masyarakat disana juga baru diketahui mengetahui bahwa pada tahun 2018 TPA pernah menyalurkan biogas pada masyarakat, namun sangat disayangkan hanya mampu bertahan selama 6 bulan sampai 1 tahun, karena satu dan lain hal. Oleh sebab itu masyarakat sangat berharap kegiatan dari Tim KORAN melalui produk rakitan biogas ini dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama, yang dapat membantu mereka nantinya.

“Konsep yang kami rencanakan ini cukup sederhana dan bisa diterapkan oleh siapa saja, oleh karena itu kami berharap kegiatan dari langkah kecil kami ini juga bisa menginspirasi banyak orang. Kemudian bisa memberi manfaat tidak hanya kepada masyarakat, tetapi juga pada lingkungan sehingga nantinya mampu menimbulkan ekonomi kreatif dari kegiatan memilah sampah organik ini,” ungkapnya. []

Editor: Zarifah Amalia