Beranda Artikel Penjurusan IPA-IPS Kembali Diberlakukan di SMA: Efektif atau Membatasi?

Penjurusan IPA-IPS Kembali Diberlakukan di SMA: Efektif atau Membatasi?

BERBAGI
Ilustrasi IPA VS IPS (Doc.Ist)

Artikel | DETaK

Isu pemberlakuan kembali penjurusan IPA-IPS pada Sekolah Menengah Atas (SMA) telah menjadi sorotan. setelah sempat dihapus saat penerapan kurikulum merdeka pada masa Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, yang mana isu ini hangat di perbincangkan di kalangan pendidik. Pemberlakuan kembali penjurusan IPA-IPS bertujuan membantu siswa fokus pada bidang sesuai minat dan bakat mereka, namun kebijakan ini juga membawa dampak besar bagi siswa, guru, dan sistem pendidikan secara keseluruhan.

Beberapa alasan yang mendukung penjurusan IPA-IPS pada SMA adalah memungkinkan siswa untuk fokus pada bidang yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mereka. Penjurusan juga dapat membantu siswa mengembangkan kompetensi yang spesifik dan relevan dengan bidang yang dipilih, sehingga dapat meningkatkan kesiapan siswa untuk memasuki dunia kerja atau melanjutkan pendidikan tinggi. Selain itu, penjurusan dapat mengurangi beban belajar yang tidak perlu dan meningkatkan efisiensi waktu belajar.

Iklan Souvenir DETaK

Namun, penjurusan IPA-IPS pada SMA juga memiliki beberapa kelemahan. Penjurusan dapat membatasi pilihan siswa untuk memilih mata pelajaran atau bidang lain yang mungkin mereka minati. Selain itu, penjurusan dapat meningkatkan tekanan pada siswa untuk memilih bidang yang “tepat” dan dapat mempengaruhi kepercayaan diri mereka jika ternyata ‘passion’ mereka tidak sesuai dengan bidang yang dipilih.

Diantara dampak signifikan yang akan terjadi adalah Penjurusan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa jika mereka dapat memilih bidang yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Namun, penjurusan juga dapat mengurangi keterampilan generik siswa, seperti keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan komunikasi, jika mereka hanya fokus pada satu bidang tertentu. Selain itu, penjurusan dapat meningkatkan persaingan antara siswa, terutama dalam memilih bidang yang “tepat” dan mendapatkan nilai yang baik.

Untuk mengatasi kontroversi seputar penjurusan IPA-IPS, ada beberapa solusi dapat dilakukan. Sekolah dan guru harus memberikan informasi yang cukup kepada siswa tentang penjurusan IPA-IPS, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat. Siswa juga harus diberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan guru dan orang tua sebelum membuat keputusan tentang penjurusan. Selain itu, sekolah dapat mempertimbangkan untuk memberikan fleksibilitas dalam penjurusan, sehingga siswa dapat memilih mata pelajaran atau bidang lain yang mereka minati.

Dalam keseluruhan, penjurusan IPA-IPS pada SMA dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa jika diimplementasikan dengan baik dan bijak. Namun, perlu diingat bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan dan minat yang unik, dan sistem pendidikan harus dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang cermat dan pemberian informasi yang cukup kepada siswa untuk memastikan bahwa mereka dapat membuat keputusan yang tepat.

Dengan demikian, penjurusan IPA-IPS di SMA dapat menjadi bagian dari solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Penting bagi sekolah dan guru untuk memahami kebutuhan dan minat siswa, serta memberikan dukungan yang cukup untuk membantu mereka mencapai tujuan akademik mereka. sehingga hal ini dapat menjadi langkah yang tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Penulis bernama Selvi Dianingsih, Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.

Editor : Cut Irene Nabilah