Beranda Artikel Fakta Menarik Tentang Barongsai

Fakta Menarik Tentang Barongsai

BERBAGI
Ilustrasi (Annisa Salsabilla Musran/DETaK)

Artikel | DETaK 

Barongsai merupakan tarian tradisional China dengan menggunakan penutup yang menyerupai singa. Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama, tarian ini bisa ditelusuri pada Dinasti China sekitar abad ke tiga sebelum Masehi. Di Indonesia, pertunjukkan barongsai ramai dilakukan menjelang Tahun Baru China atau biasanya disebut dengan tahun baru Imlek. Di Aceh sendiri perayaan tahun baru Imlek ini biasa diadakan di Peunayong, Banda Aceh. Karena di daerah tersebut dipadati oleh masyarakat Tionghoa.

Asal Muasal Barongsai Hadir Di Provinsi Aceh

Iklan Souvenir DETaK

Barongsai diperkirakan mulai masuk ke Aceh pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1920-an hingga 1930-an. Saat itu, komunitas Tionghoa sudah ada di Aceh, terutama di kota-kota besar seperti Banda Aceh dan beberapa daerah pesisir lainnya. Siapa sangka, tarian barongsai yang identik dengan perayaan Imlek dan budaya Tiongkok, kini menjadi salah satu simbol keberagaman dan toleransi dalam beragama di Aceh. Salah satu hal yang paling menarik dari barongsai di Aceh adalah keberagaman anggotanya. Di Aceh, barongsai dikenal dan sering dipertunjukkan dalam acara-acara perayaan yang melibatkan komunitas Tionghoa, seperti perayaan Tahun Baru Imlek dan pernikahan. Selain itu, barongsai juga kadang tampil dalam acara-acara keagamaan atau festival lokal.

Tidak hanya etnis Tionghoa, tetapi juga suku Aceh, serta pemeluk agama Kristen, Katolik, dan Islam bergabung dalam satu tim. Bahkan, saat ini, setengah anggota tim barongsai Aceh adalah Muslim, mereka memiliki peran yang berbeda-beda dalam pertunjukan barongsai mulai dari pemain naga, musik dan lainnya. Walaupun barongsai bukan merupakan bagian dari budaya asli Aceh, namun pertunjukan ini tetap diterima dengan baik dan menjadi bagian dari warna-warni budaya yang ada di Aceh.

Fakta menarik terkait kehadiran barongsai di Aceh

  1. Pengaruh Kuat Budaya Tionghoa: Barongsai di Aceh sangat terkait dengan komunitas Tionghoa yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Aceh, meskipun terkenal dengan budaya Islam yang dominan, juga memiliki sejarah panjang interaksi dengan orang-orang Tionghoa. Di kota-kota besar seperti Banda Aceh, pertunjukan barongsai menjadi bagian dari perayaan budaya Tionghoa yang sering dipertontonkan saat Imlek atau acara besar lainnya.
  2. Perayaan Imlek di Aceh: Barongsai sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek di Aceh, yang juga diikuti oleh masyarakat non-Tionghoa. Keberagaman budaya Aceh sangat mendukung saling menghormati dan menerima tradisi seperti barongsai, yang menunjukkan adanya toleransi antar kelompok.
  3. Kreativitas dalam Pertunjukan: Di Aceh, barongsai bukan hanya sekadar tarian tradisional, tetapi juga berkembang menjadi bentuk hiburan yang lebih kreatif. Beberapa grup barongsai di Aceh dikenal dengan teknik dan gerakan yang lebih variatif, bahkan ada yang menambahkan elemen baru seperti akrobatik atau pertunjukan menggunakan berbagai bentuk kostum.
  4. Pesona Diterima Semua Kalangan: Meskipun barongsai berasal dari budaya Tionghoa, pertunjukan ini kini sudah dinikmati oleh berbagai kalangan di Aceh. Masyarakat dari berbagai latar belakang etnis dan agama menikmati hiburan ini, bahkan sering terlihat di berbagai acara pemerintah dan festival budaya Aceh
  5. Pertunjukan Barongsai sebagai Simbol Keberuntungan: Seperti di tempat lain di Indonesia, barongsai di Aceh dipercaya dapat membawa keberuntungan dan mengusir roh jahat. Biasanya, di akhir pertunjukan, barongsai akan mengambil “amplop merah” berisi uang atau simbol keberuntungan yang dibagikan kepada penonton.
  6. Tantangan dan Perkembangan: Seni barongsai juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan eksistensinya, terutama dengan perkembangan zaman dan perubahan minat generasi muda. Namun, komunitas barongsai di Aceh berusaha menjaga tradisi ini tetap hidup dengan melibatkan lebih banyak anak muda dan memberikan pelatihan tentang teknik dasar barongsai.

Selain itu, Tarian Barongsai bukan hanya sebuah seni, melainkan juga bentuk doa dan harapan yang mendalam dalam budaya Tiongkok. Dan memiliki makna yang kuat bagi masyarakat Tionghoa. Hingga kini budaya tersebut masih terus dilakukan oleh masyrakat setempat sebagai bentuk sikap saling menghormati sesama manusia. 

Penulis bernama Annisa Salsabilla Musran, mahasiswi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu politik, Universitas Syiah Kuala. 

Editor: Sara Salsabila