Artikel | DETaK
Madagaskar merupakan sebuah negara yang terletak di lepas Pantai Tenggara Afrika di Samudra Hindia. Jarang di lirik, negara ini padahal merupakan pulau terbesar keempat sedunia yang memiliki keanekaragaman hayati yang unik serta jarang ditemui di belahan bumi lainnya, salah-satunya memiliki lebih dari 10.000 spesies tanaman endemic seperti baobab (pohon besar yang memiliki batang yang tebal dan bercabang seperti jari), ravelana, orkid, dan lain sebagainya.
Selain memiliki flora dan fauna unik yang tidak dapat ditemui di tempat lainnya, Madagaskar atau dikenal juga dengan nama Malagasy juga memiliki kebudayaan unik yang dan anti mainstream. Kebudayaan ini dikenal juga dengan nama festival Famadihana yang secara harfiah mempunyai arti membalikkan tubuh leluhur.

Tradisi Famadihana ini diprediksi muncul sejak abad ke-17. Ritual ini dilakukan dengan mengeluarkan jasad nenek moyang dari dalam kubur, membungkus Kembali dengan kain baru, dan menulis ulang nama mereka di kain baru tersebut agar mereka selalu dikenang. Ritual sakral ini dilakukan setiap lima sampai tujuh tahun dengan perencanaan yang matang dan serius, satu tahun sebelumnya para keluarga sudah membahas tanggal, tamu yang akan diundang, serta pengeluaran untuk tradisi ini.
Selama perayaan berlansung, orang-orang yang diundang memakai pakaian terbaik mereka sementara para Musisi lansung memainkan terompet, seruling Malagasi yang disebut sodina, dan alat musik lainnya. Para pelayat menari-nari dengan mengangkat jasad yang dikeluarkan tersebut di atas kepala mereka dan berkeliling sebelum mengembalikan jasad leluhur tersebut ke pemakaman keluarga.
Masyarakat Madagaskar meyakini bahwa roh-roh orang yang telah meninggal akan bergabung dengan dunia para leluhur setelah tubuh mereka terurai sepenuhnya dan mendapatkan upacara yang layak. Oleh karena itu, masyarakat Madagaskar melakukan ritual “pembalikan tulang” dengan harapan jasad tersebut bisa cepat terurai dan bergabung dengan para leluhur sebelumnya. Para masyarakat percaya bahwa leluhur itu berfungsi sebagai perantara antara manusia dan Tuhan serta memiliki kekuatan untuk campur tangan dalam peristiwa tersebut.
Dengan melakukan tradisi ini, masyarakat madagaskar berharap mendapatkan keberkahan, perlindungan, serta petunjuk atas pilihan hidup dari para leluhur mereka. Tidak hanya itu tradisi “pembalikan tulang” ini juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka percaya bahwa dengan melakukan tradisi ini adalah salah satu cara untuk menghargai leluhur mereka.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Famadihana sudah jarang dilakukan karena keterbatasan keluarga dalam menyiapkan jamuan dan membeli kain sutra yang digunakan untuk membungkus jasad leluhur mereka. Selain itu, tradisi yang sudah berlansung sejak abad ke-17 ini juga mendapatkan kecaman dari beberapa kelompok agama, seperti Kristen Evangiles.
Masalah Kesehatan juga menjadi salah satu faktor sehingga tradisi ini jarang dilakukan karena ditakutkan akan menimbulkan masalah Kesehatan yang disebabkan dari kontak lansung dengan jasad yang mungkin membawa penyakit menular seperti penyakit pes.
Meskipun begitu, tradisi Famadihana merupakan tradisi yang unik dan penuh makna. Tradisi ini menunjukkan penghormatan yang dalam oleh masyarakat Madagaskar kepada para leluhur keluarga mereka. Tradisi ini juga menjadi sarana keluarga besar untuk berkumpul dan mempererat rasa kekeluargaan.
Penulis Bernama Sara Salsabila, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala
Editor : Rimaya Romaito Br Siagian