Alya Diena [AM] & Wanda Amelia Hutasuhut [AM] | DETaK
Banda Aceh – Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menggelar acara talkshow pendidikan bersama Kevin Lius Bong, seorang influencer pendidikan yang dikenal sebagai peserta Top 12 Clash of Champion. Talkshow tersebut digelar pada Minggu, 20 Oktober 2024 di Auditorium Ali Hasjmy UIN Ar-Raniry.
Gelar wicara tersebut mengusung tema “Pentingnya Berpikir Kritis dalam Menghadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital” ini menjadi bagian dari rangkaian Festival Awal Semester Mahasiswa Darussalam (FASMADA) 2024. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, pelajar, masyarakat umum, bahkan peserta dari luar daerah.
Pemilihan Kevin sebagai narasumber bukan tanpa alasan. Ketua panitia FASMADA, Mohamad Surya Wijaya, menjelaskan bahwa Kevin dikenal sebagai pendidik yang fokus pada pendidikan dan memiliki pengaruh yang besar.
“Pertama, disamping namanya yang besar juga kita paham bahwa Kevin ini salah satu orang yang fokus di bidang Pendidikan. Dia dikenal atas prestasinya di bidang kimia, terutama melalui Ruangguru. Namun, yang kami tekankan bukan prestasinya di bidang kimia, melainkan bagaimana sosok influencer pendidikan dapat mempengaruhi banyak orang untuk lebih tertarik pada dunia pendidikan,” jelas Surya.
Antusiasme peserta terlihat dari upaya mereka dalam mendapatkan tiket acara. Surya mengatakan, meskipun panitia mengalami kendala dalam komunikasi untuk mempublikasikan talkshow ini, tetapi fanbase Kevin dapat membantu menaikkan nama FASMADA di luar akun sosial media yang resmi.
“Bahkan kita dibantu oleh Kevmistry, fanbase-nya sampai ke tiktok dan twitter, sementara akun FASMADA belum ada di kedua platform tersebut. Namun, berkat bantuan teman-teman itu, alhamdulillah, nama kami hadir di sana,” imbuhnya.
Dalam talkshow tersebut, Kevin menekankan pentingnya berpikir kritis, terutama dalam mengakses informasi di era digital.
“Perlu banget ya berpikir kritis, terutama di sosial media. Karena sosial media itu adalah sumber informasi yang paling mudah kita dapat, walaupun di satu sisi terdapat hal negatif juga,” ujarnya.
Kevin mengingatkan bahwa segala jenis informasi, mulai dari politik, ekonomi, hingga pendidikan, dapat ditemukan di media sosial. Oleh karena itu, masyarakat harus bijak dalam memilih sumber informasi yang benar.
“Disitu sih poin penting dari berpikir kritis di sosial media. Jadi intinya jangan ditelan mentah-mentah, dilihat dulu media apa yang bisa dipercaya, baru kemudian kita cerna informasi itu sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing,” ungkap Kevin.
Salah satu peserta, Rahmat Herdiansyah, memberikan pesan yang dapat diambil dari apa yang disampaikan Kevin mengenai pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan di era digital. Rahmat menyadari bahwa AI dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak, terutama sebagai bahan belajar.
“AI itu ternyata tidak seburuk atau sebaik yang kita kira dalam pendidikan di era digital ini. Itu tergantung bagaimana cara kita mengelolanya. Kalau kita salah atau melampaui batas, pasti kita akan terjerusmus dengan AI ini,” kata Rahmat.
Editor: Raisa Amanda