Nurul Hasanah | DETaK
Sigli– Tempo Goes to Campus menggelar acara pelatihan jurnalistik dengan tema “#Lawan Kabar Kibul” pada tanggal 03 Mei 2018 di Universitas Jabal Ghafur, Sigli, Aceh. Hal ini bertujuan untuk mensosialisasikan kampanye anti hoax. Dalam serangkaian acaranya Tempo memilih Mr dan Mrs Smart perwakilan Aceh.
Ulul Azmi, peserta dari Jabal Ghafur dan Maisyarah Rita, Pimpinan Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) DETaK Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) terpilih menjadi Mr dan Mr. Smart Tempo Goes to Campus yang akan menjadi Duta Anti Hoax perwakilan Aceh. Mr dan Mrs Smart ini dipilih melalui pembentukan kelompok yang nantinya di dalam kelompok tersebut harus membuat sebuah program untuk mengkampanyekan anti hoax, khusunya di Aceh. Dan di setiap kelompok harus memilih juru bicara yang akan mempresentasikan program kampanye yang telah didiskusikan dalam kelompok. Juru bicara dari kelompok pemenang terpilihlah yang akan menjadi Mr dan Mrs. Smart.

Saat ditemui oleh wartawan DETaK-Unsyiah.com, Ulul Azmi mengatakan dirinya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Allah karena berhasil terpilih menjadi Mr. Smart Tempo, dan ia bersama rekannya juga akan berusaha untuk bertanggung jawab menjalankan program kampanye anti hoax.
“Ini adalah sebuah tanggung jawab kami, dan kami akan berusaha semampu kami untuk meredam hoax,” ucap Ulul.
Disisi lain, Maisyarah Rita mengatakan bahwa dirinya merasa senang, namun belum lega karena masih ada beban berat yang harus dipikul sebagai Mrs. Smart.
“Saya merasa lega, tapi bukan lega juga karena ada tanggung jawab yang harus kita realisasikan setelah ini,“ ungkap Maisyarah.
Ia juga menyinggung bahwa program kampanye ini rencananya mereka akan membentuk sebuah komunitas anti hoax di Aceh. Hal ini dilatarbelakangi karena sosialiasi yang sudah lumayan sering diadakan namun terhenti begitu saja karena belum ada komunitas yang menaungi.
“Dari program yang kita canangkan tadi kita memang ingin membentuk sebuah komunitas anti hoax di Aceh, karena melatarbelakangi bahwasannya sosialisasi Anti Hoax Aceh itukan udah lumayan sering ya, tapi belum ada komunitas yang menaungi. Jadi pergerakannya setelah sosialisasi itu langsung mati,” jelasnya.
Adapun sasaran dari komunitas ini adalah pemuda, yang nantinya setelah diadakannya sosialisasi anti hoax di komunitas pusat akan dibentuk lagi komunitas-komunitas perwakilan di setiap daerah atau kabupaten yang dimonitoring langsung oleh komunitas pusat. Hal ini dimaksudkan sebagai media pendukung yang diharapkan bisa menjadi ikon untuk mengkampanyekan anti hoax di daerahnya.
“Ini kan kader-kadernya dari perwakilan setiap daerah ya, jadi pas pulang ke daerahnya bisa jadi perpanjangan tangan komunitas anti hoax, yang kita di pusat ini. Jadi perpanjangan tangan ini harapannya bisa menjadi ikon kabupaten masing-masing dengan mengumpulkan pemuda-pemuda yang di sana. Nanti sesuai dengan potensi daerahnya kembangkan sosialisasi yang udah didapatkan di komunitas pusat,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa mereka ingin serangkaian proses untuk merealisasikan program ini berjalan lancar sehingga akan terealisisasi secepatnya.
“Untuk sekarang masih wacana, nanti kita akan bikin proposal yang akan kita ajukan ke beberapa pihak dengan bantuan tim Tempo, untuk bagaimana tanggapan proposal itu nanti kita lihat aksi selanjutanya, tapi insyaAllah akan terealisasikan dalam waktu dekat,” tambah Mrs. Smart tersebut.
Ia juga berharap agar komunitas yang akan dibentuk ini menjadi sebuah wadah yang betul-betul mampu mengkampanyekan anti hoax kepada masyarakat Aceh khususnya dan tujuan dari kampanye terwujudkan.
“Harapannya sih mudah-mudahan komunitas itu terbentuk, juga perpanjangan tangannya ini pas dimonitoring memang menghasilkan suatu value yang akan ada aksi nyatanya untuk membendung kampenye anti hoax, jadi kita bergerak sesuai kearifan lokal, tapi emang mengena gitu dengan kata lain sasarannya tepat,” harap Maisyarah yang akrab dipanggil Sarah.[]
Editor : Missanur Refasesa