Teuku Ichlas Arifin [AM] | DETaK
Banda Aceh- Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (USK) membuka praktek penyuluhan sesi konseling secara daring pada mata kuliah Konseling Individual. Konseling ini dilakukan dalam rangka pratikum terhadap mata kuliah tersebut. Jika dalam situasi normal, biasanya kegiatan ini berlangsung di dalam lab konseling BK.
Muhammad Yahya, salah seorang mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling, saat diwawancarai pada Rabu, 13 Januari 2021 melalui aplikasi zoom mengatakan bahwa kegiatan ini sudah berjalan pada awal semester dengan fokus pada kerabat-kerabat terdekat dan masyarakat di kampung. Namun untuk sekarang ini, ia berinisiatif untuk membuat sesi konseling secara daring yang sudah dimulai sejak bulan lalu.
“Jadi ini merupakan kegiatan inisiatif dari saya sendiri untuk membuka jasa konseling bagi semua orang yang memiliki hambatan atau pun kendala-kendala dari aspek belajar, karir, pribadi dan sosialnya,” ujar Yahya.
Ia juga memaparkan bahwa batas sesi konseling ini hanya dalam semester ini saja, karena termasuk pratikum mata kuliah dan juga menjadi salah satu untuk meningkatkan kemampuan dalam proses konseling, “Kemungkinan akan dibuka seterusnya jika banyak orang yang berminat.”
Lalu ia juga menuturkan bahwa tahapan dalam sesi konseling ini, terlebih dahulu peserta konseling menghubungi narahubung yang tersedia dan memberikan Google Form untuk mengisi biodata mereka dan juga membuat kesepatakan waktu bersama, kalau misalkan sama-sama setuju maka di waktu yang telah ditentukan akan dilakukan proses konseling. Dalam kegiatan ini juga memiliki kode etik berupa menjaga kerahasian peserta dari pihak ketiga.
“Yang mereka ungkapkan, ceritakan, itu sebagai kode etik profesi kami untuk merahasiakannya kepada pihak ketiga, kecuali mereka memberikan izin untuk menceritakannya kepada pihak ketiga.” Ujarnya.
Yahya juga mengutarakan bahwa ada hambatan-hambatan tersendiri dalam melakukan praktek konseling secara daring, seperti masalah jaringan koneksi yang kurang stabil, sehingga membuat proses konseling berjalan tidak optimal. Juga hambatan pada saat sesi konseling berlangsung ia tidak dapat melihat sikap yang ditunjukkan oleh peserta konseling.
“Misalnya bagaimana dia mengungkapkan hambatan dia, ekspresi dia, gestur tubuhnya. Kita tidak bisa menelusuri atau menilai keseluruhan aspek tersebut.” tutupnya.[]
Editor: Cut Siti Raihan