Beranda Terhangat Dejourest 2021, Asep Kambali: Sejarawan itu Hidup pada Tiga Dimensi

Dejourest 2021, Asep Kambali: Sejarawan itu Hidup pada Tiga Dimensi

BERBAGI
Saat Asep Kambali memaparkan materi. 23/10/21 (Cut Siti Raihan/DETaK)

Cut Siti Raihan | DETaK

Darussalam- “Kalau sejarah itu ditulis oleh mereka yang menang, maka masa depan itu diciptakan oleh kita yang berjuang,” ujar Asep Kambali, Pendiri Komunitas Historia, sekaligus pemateri pertama dalam Webinar Nasional Dejourest 2021.

UKM Pers DETaK mengadakan kegiatan DETaK Journalist Festival (Dejourest) 2021 dengan tema Jurnalisme Sejarah. Dejourest merupakan rangkaian festival jurnalistik yang beragendakan webinar nasional dan sejumlah lomba. Webinar nasional dengan topik Pers dalam Merekam Jejak Sejarah yang diadakan pada Sabtu, 23 Oktober 2021 resmi dijadikan sebagai agenda pembuka Dejourest sekaligus momen pengumuman pemenang lomba yang sudah diadakan pada pekan sebelumnya.

Iklan Souvenir DETaK

Asep Kambali menjelaskan bahwa kita harus menjadikan sosial media sebagai wadah untuk mendokumentasikan sejarah yang ada di Indonesia, khususnya di daerah.

“Media merupakan wadah untuk mendokumentasikan sejarah, tanpa media maka sejarah akan hilang tanpa ada jejak. Jadikan sosial media sebagai media untuk pendokumentasian sejarah, jadi kita semua bisa menjaga sejarah dimulai dari hal yang kecil,” jelasnya.

Menurutnya, Indonesia ini bukan hanya milik suatu ras atau komunitas. Oleh sebab itu, sebagai warga Indonesia kita harus menjaganya.

“Indonesia dibangun oleh berbagai ras dan komunitas, bukan hanya satu perwakilan saja, tapi dari banyak pihak. Sehingga, kita harus jaga Indonesia ini.”

Asep menambahkan bahwa, sejarawan itu hidup pada tiga dimensi, “Orang sejarawan itu hidup di tiga dimensi, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Indonesia lahir dan besar hari ini merupakan hasil dari perjuangan di masa lalu. Jika ingin Indonesia besar di masa yang akan datang,” lanjutnya.

Pemateri kedua, Murizal Hamzah, penulis buku dan wartawan mengatakan literasi sejarah itu dapat muncul dari pengalaman dan pengetahuan. Ia juga berharap agar nantinya peserta webinar mampu menulis buku.

“Berdasarkan pengalaman dari literasi. Buku yang bagus, adalah buku yang dibuka tidak hanya sekali. Tapi  berkali-kali, bahkan sampai hancur. Saya harap teman-teman bisa menulis buku. Banyak membaca dan banyak mendengar, fokus pada ide dan temanya. Fokus pada tema terbesar, jangan terganggu dengan penggunaan ejaan, kata depan, dan lain-lain,” pungkasnya.[]