Dela Gihara | DETaK
Darussalam- Pemberlakuan presensi daring sejak semester genap tahun 2019 oleh Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di tiga fakultas yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Fakultas Kedokteran (FK) menimbulkan pro dan kontra dari kalangan mahasiswa dan dosen.
Khairan, dosen jurusan Farmasi FMIPA Unsyiah mengatakan bahwa jaringan internet di Unsyiah yang masih belum stabil menjadi hambatan terhadap penggunaan presensi daring.
“Saya menyarankan agar Unsyiah memberikan wireless center di titik-titik di mana perkuliahan berlangsung. Absensi online (presensi daring -red) ini bisa berjalan apabila fasilitas Unsyiah memadai terutama jaringan sebagai pendukung. Karena kita tidak bisa menjamin bahwa semua mahasiswa memiliki paket data, begitupun dengan dosen. Akan menjadi hal yang luar biasa apabila Unsyiah memberlakukan hal tersebut,” tandasnya saat ditemui pada Jumat, 22 Februari 2019.
Baca juga: Uji Coba di Tiga Fakultas, Absensi Online Akan Diberlakukan Semester Mendatang
Selanjutnya, ia juga menyebutkan presensi daring itu sangat membantu dosen dalam proses perkuliahan dan juga berfungsi untuk menaikkan akreditasi jurusan atau bahkan institusi karena hal ini dapat berperan untuk menaikkan peringkat Webometrics Unsyiah.
“Keuntungan yang didapati Unsyiah dengan diberlakukannya absensi online adalah, yang pertama bisa meningkatkan akreditasi dengan meningkatnya penilaian Webometrics Unsyiah pada posisi kesembilan. Kedua mengenai isu lingkungan, yaitu paper less office. Dengan ini bisa menghemat pemakaian kertas di Unsyiah, terutama untuk absensi secara manual. Ketiga sebagai rekam jejak dosen. Maksudnya tidak akan terjadi kecurangan dalam pengambilan absen. Karena akan tercatat atau terekam secara digital atau elektronik,” jelasnya.
Rosmida, salah seorang mahasiswa FEB Unsyiah mengatakan proses pengisiannya tergolong mudah. Namun, masih sering terkendala pada pengisian Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Setelah melapor ke UPT TIK, maka kendala itu bisa ditanggulangi.
“Tinggal masukan NIM dan password. Nanti kita lihat benar atau tidak ruangannya, lalu tinggal konfirmasi kehadiran kita. Absennya cuma sekali pas mau masuk atau saat berlangsungnya jam kuliah dosen yang masuk tersebut,” lanjutnya.
Selanjutnya, ia menambahkan pemberlakuan presensi daring itu masih mempunyai beberapa kekurangan. Mahasiswa bisa berbuat curang apabila dosen tidak mempunyai presensi pegangan atau presensi manual sebagai bukti kehadiran.
“Efek tidak bagusnya adalah ketika salah seorang mahasiswa yang tidak datang bisa absen di rumah tanpa perlu menghadiri perkuliahan. Akan lebih baik dosen mengantisipasi dengan tetap membawa absen manual yang mana harus tetap memerlukan kehadiran mahasiswa untuk absensi,” tutupnya.[]
Editor: Nurul Hasanah