Artikel | DETaK
Menjadi mahasiswa adalah salah satu hal yang harus dilalui dalam menempuh pendidikan jenjang yang lebih tinggi. Tak jarang mahasiswa perantauan rela pergi jauh dari kampung halaman baik diluar kota hingga luar daerah untuk mendapatkan ilmu.
Pengorbanan itu dilakukan untuk mendapatkan ilmu yang lebih baik sekaligus mewujudkan harapan orang tua agar anaknya meraih kesuksesan dimasa depan. Ketika mahasiswa pertama kali diantar ke perantauan yang diantar oleh keluarga lengkap dengan penuh kebahagiaan, pelukan, nasihat dan doa yang diberikan keluarga agar anak mereka dapat selamat sampai tujuan.

Sesampainya perantauan anak mereka yang telah menjadi mahasiswa kini disibukkan dengan berbagai tugas dan kegiatan di perkuliahan sehingga membuatnya jarang berkomunikasi dan semakin berkurangnya waktu untuk keluarga. Terkadang mahasiswa sampai menunda kepulangannya karena sibuk atau merasa waktu libur masih lama.
Saat mahasiswa yang tengah fokus dalam pendidikannya, ia menerima kabar duka bahwa salah satu anggota keluarganya telah berpulang, tentunya kesedihan menyelimutinya. Namun, di saat yang bersamaan ia harus tetap kuat karena ada tanggung jawab yang harus diselesaikan di perantauan.
Bahkan, ketika menerima kabar tersebut, ia hanya bisa pulang dalam waktu singkat untuk menghadiri pemakaman, sebelum akhirnya kembali ke perantauan demi melanjutkan kuliah. Tak disadari waktu pun terus berjalan, perlahan satu persatu anggota keluarganya telah meninggalkannya.
Tiba saatnya ketika libur lebaran tiba, mahasiswa memanfaatkan waktu tersebut untuk pulang ke
kampung halaman dan merayakan Lebaran bersama keluarga. Bagi mahasiswa yang merantau ke luar, lebaran seharusnya menjadi momen pulang kampung yang paling dinantikan.
Setelah sekian lama disibukkan dengan tugas kuliah dan kesibukan lainnya di perantauan, rumah merupakan tempat kembali yang penuh kehangatan. Namun bagaimana ketika ia pulang keadaan sudah berbeda?
Ketika saat pertama kali berangkat merantau, ia diantar oleh keluarga lengkap dengan penuh haru dan doa. Ada pelukan ibu yang erat, tepukan hangat dari ayah serta canda tawa saudara yang meramaikan perjalanan meunuju masa depan. Akan tetapi waktu terus berjalan, namun yang ditinggalkan tidak lagi sama.
Kini ketika kembali ke rumah di hari lebaran, kehangatan itu terasa berbeda. Tidak lagi terdengar suara khas orang tua yang memanggil untuk mengajak shalat ied bersama, ada kursi kosong di meja makan ruang tamu yang sunyi, tradisi keluarga yang dulu dijalani bersama kini hanya menyisakan kenangan.
Terdapat rasa rindu yang sulit diungkapkan kepada orang lain. Rumah yang dulu penuh tawa kini terasa lebih hening dan sunyi meninggalkan rasa penyesalan yang mungkin hadir tetapi waktu tidak bisa diputar kembali.
Hal ini menyadarkan kita bahwa momen bersama keluarga adalah hal yang tak ternilai dan menyadarkan
kepada kita bahwa hidup terus berjalan. Meski kehilangan menyakitkan, kenangan orang yang telah tiada tetap hidup dalam doa.
Penulis bernama Alya Kautsari, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Amirah Nurlija Zabrina