Masya Pratiwi | DETaK
Banda Aceh – Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HIMALTA) Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) melaksanakan kegiatan penanaman mangrove di kawasan Mangrove Park, Desa Lampulo, Banda Aceh, pada Kamis, 1 Mei 2025. Kegiatan ini digagas dalam rangka memperingati hari bumi dengan melibatkan sekitar 30 peserta dari berbagai kalangan, termasuk relawan umum, pelajar, mahasiswa lintas fakultas, dosen, dan anggota HIMALTA.
Ketua panitia, Muhammad Hanif Rafsanjani, menjelaskan bahwa keterlibatan masyarakat luas dalam kegiatan ini merupakan bentuk pengembangan dari konsep acara sebelumnya yang hanya bersifat internal.

“Pada kegiatan sebelumnya kami menyelenggarakan dalam lingkup internal keluarga besar Himpunan mahasiswa ilmu tanah, namun kali ini kami membuka open volunteer/relawan yang juga ingin ikut tergabung pada aksi kami dengan tujuan mengumpulkan dan membentuk satu perkumpulan aksi yang memiliki visi dan misi yang sama untuk menjaga dan merawat alam,” ujarnya.
Menurut Hanif, perlu adanya gerakan bersama yang konsisten untuk menyuarakan dan menunjukkan kepedulian terhadap bumi. Ia menilai Hari Bumi seharusnya menjadi momentum untuk bergerak, tidak hanya sebatas seremonial.
“Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu hendaknya mengekspresikan dan melakukan aksi nyata dalam memperingati hari bumi, bahwasanya bumi yang kita tempati juga perlu dirawat dan dijaga serta membuka mata dan mengajak orang untuk lebih peduli terhadap alam dan lingkungan yang ada disekitar kita,” katanya.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan pembukaan di lokasi, penanaman simbolis, penyampaian materi oleh pengelola Mangrove Park Lampulo, dan penanaman bersama sebanyak kurang lebih 100 bibit mangrove di lahan yang telah disiapkan.
Ia juga menyoroti pentingnya menanamkan nilai tanggung jawab terhadap lingkungan kepada setiap individu.
“Tanggung jawab dalam menjaga dan merawat alam merupakan tanggung jawab kita semua, meskipun kita belum bisa mengajak orang lain untuk bisa sadar akan pentingnya menjaga alam kita bisa mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu,” sebutnya
Hanif berharap, penanaman mangrove di Aceh terus digencarkan, mengingat daerah ini pernah menjadi lokasi tsunami terbesar di dunia, sehingga lingkungan pesisir dapat terus terjaga dan ditingkatkan ke depannya.
“Harapannya untuk mangrove di Aceh itu terus ditingkatkan lagi apa lagi Aceh pernah menjadi salah satu lokasi tsunami terbesar di dunia oleh karenanya kami berharap dengan gencarnya penanaman Mangrove dan semangatnya mahasiswa ataupun masyarakat di Aceh untuk menggagas mangrove ini saya berharap dengan ini lingkungan terus terjaga dan terus ada nya peningkatan-peningkatan ke depannya apalagi daerah pesisir pantai,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua HIMALTA, Hikmal Hamdi Husaini Lubis, menyebutkan bahwa perlu keterlibatan semua elemen masyarakat untuk peduli dan ikut ambil bagian dalam upaya penyelamatan lingkungan.
“Isu lingkungan di Aceh, khususnya kerusakan ekosistem pesisir, perlu menjadi perhatian serius dari semua pihak. Penanaman mangrove merupakan simbol dari langkah kecil yang bisa memberikan dampak besar jika dilakukan secara konsisten dan melibatkan banyak elemen masyarakat. Kami ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli dan terlibat aktif dalam pelestarian lingkungan, karena menjaga bumi bukan hanya tugas satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama,” jelasnya.
Hikmal berharap kegiatan ini mampu menjadi pengalaman edukatif bagi peserta dan mendorong kesadaran akan menjaga lingkungan.
“Secara lebih luas, kami berharap isu-isu lingkungan di Aceh dapat ditangani secara lebih terintegrasi dan berkelanjutan, dengan dukungan semua pihak, demi menciptakan lingkungan yang sehat dan lestari untuk generasi mendatang,” harapnya.[]
Editor: Khalisha Munabirah