Shella Agustia Putri | DETaK
Peralatan tradisional merupakan salah satu aspek dari kebudayaan. Setiap suku bangsa di Indonesia banyak memiliki peralatan tradisional, mulai peralatan yang digunakan di rumah sampai dengan peralatan yang digunakan di luar rumah. Termasuk pada masyarakat Aceh, yang sampai saat ini kita temui banyak rumah tangga yang masih menggunakan peralatan tradisional untuk kegiatan sehari-hari mulai dari peralatan dapur, kenelayanan, pertanian dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak jenis dan macam peralatan tradisional pada masyarakat Aceh, berikut adalah 10 alat-alat dapur tradisional yang lazim dipakai oleh masyarakat Aceh.
1. Aweuk
Bentuknya hampir menyerupai sebuah sendok dengan tangkainya lebih panjang. Besarnya aweuk sangat tergantung kepada besar kecilnya tempurung kelapa yang dipergunakan sebagai bahan bakunya. Aweuk dipakai untuk mengaduk sayur dan gulai yang sedang dimasak dan sekaligus berfungsi layaknya sendok sup untuk mengambilnya sesudah masak. Untuk aweuk yang besar biasanya digunakan pada acara kenduri untuk masakan yang banyak.
2. Batee Lada (Batu Giling)
Batee lada adalah sejenis batu gilingan yang dapat menghancur-lumatkan segala jenis bumbu masak seperti lada, bawang merah, bawang putih, ketumbar dan lain sebagainya. Batee lada terbuat dari sejenis batu yang dipahat sedemikian rupa dengan menambah sebuah batu bulat panjang sebagai penggilingnya. Hampir semua rumah tangga Aceh tidak dapat dipisahkan dari batee lada ini. Hal ini tidak lain karena masakan Aceh yang banyak menggunakan rempah-rempah sangat mudah dihancurkan-lumatkan dengan batee lada ini.
3. Blangong (Belanga)
Bentuknya bundar dengan mulut besar atau dengan kata lain antara bagian bawah dan atas sama besarnya. Blangong dipakai untuk tempat memasak sayur atau menggulai ikan dan daging. Selain itu juga digunakan untuk menggongseng biji kopi sebelum digiling atau ditumbuk. Blangong dibuat dari tanah liat dengan mempergunakan teknik putar di atas mal yang digunakan sebagai acuan. Setelah kering, kemudian dibakar dan siap untuk dipakai.
4. Bruek Boi
Bruek boi yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan cetakan kue bolu. Bruek boi dibuat dari tembaga dalam berbagai ukuran, ada yang besar atau kecil. Tempat cetakannya ada berbagai motif seperti motif ikan, bunga dan lain lain. Alat ini dipergunakan untuk mencetak kue bolu (boi), yang dalam kehidupan masyarakat Aceh merupakan kue yang penting. Boi selalu dipergunakan dalam pesta adat seperti pada saat upacara me bu dan euntat dara baro serta pada acara lebaran.
5. Bruek Karah-Karah
Salah satu alat yang dipergunakan untuk membuat kue khas Aceh disebut bruek karah-karah. Dalam bahasa Indonesia dapat disebut tempurung karah-karah. Bruek keukarah dibuat dari tempurung kelapa yang sepertiga dari batok kelapa tersebut dipotong. Pada bagian bawahnya diberi lubang kecil-kecil berbentuk melingkar serta diberikan gagang dari kayu dan diikat pada bagian atas tempurung. Cara penggunaan bruek karah-karah yaitu dengan memasukkan adonan karah-karah yang telah dicairkan ke dalam bruek karah-karah. Sesudah itu, adonan di dalam bruek karah-karah dimasukkan ke dalam minyak dengan cara mengetuk mengetuk bruek karah-karah dengan perlahan-lahan sambil memutar di atas minyak secara melingkar sampai ketebalan kue yang diinginkan.
6. Bruek Samaloyang
Selain boi masih terdapat lagi kue tradisional yang disebut samaloyang. Alat untuk membuat kue ini disebut juga bruek samaloyang. Bahannya dibuat dari tembaga yang berbentuk bunga serta diberi tangkai sebagai tempat pegangan. Penggunaan bruek samaloyang memakai prinsip yang sederhana. Setelah adonan kue disiapkan agak encer, diambil bruek samaloyang lalu dicelupkan ke dalam adonan kue. Tepung adonan melekat pada cetakan kue dan cetakan tersebut dimasukkan ke dalam minyak yang sedang mendidih. Setelah agak keras, adonan tersebut dilepaskan dari cetakan dibiarkan sampai masak, baru kemudian diangkat dari dalam minyak.
7. Geunuku (Kukuran Kelapa)
Alat untuk mengukur kelapa yang lazim dipakai oleh orang Aceh disebut geunuku. Geunuku terbuat dari balok kayu di mana pada ujungnya ditancapkan sebuah besi pipih bergerigi seperti gergaji yang dinamai mata geunuku. Sebagai alat pengukur kelapa pemakaiannya sangat sederhana sekali. Orang yang akan mengukur kelapa cukup dengan menduduki punggungnya kemudian kelapa yang sudah dibelah dua digosokkan pada mata geunuku yang bergerigi.
8. Jeu’ee (Niru)
Satu-satunya alat yang dipergunakan untuk menampi beras adalah Jeu’ee, yang dalam bahasa Indonesia disebut niru. Jeu’ee berbentuk hampir serupa dengan segitiga sama kaki yang tidak bersudut, yang pada pangkalnya lebih besar sedangkan pada bagian paling untung lebih runcing. Untuk mengayam sebuah niru dipergunakan kulit dari batang bili, kulit rotan atau kulit bambu.
9. Chok Boh Manok
Salah satu alat untuk memasak kue tradisional disebut chok boh manok, yang berarti kocokan telur. Bentuknya seperti spiral yang makin ke gagang makin kecil. Kocokan telur dibuat dari kawat yang digulung berbentuk spiral. Gagangnya dibuat dari kayu dan ada pula yang dibuat dari kawat itu sendiri yang diputar. Kocokan telur digunakan untuk mengocok telur yang akan dipergunakan sebagai campuran bahan pembuatan kue-kue yang diinginkan seperti peunajoh tho, boi (kue bolu) dan lain-lain.
10. Leusong (Lesung)
Leusong ini berfungsi untuk menumbuk tepung, padi, kopi, emping beras dan lain-lain. Leusong dibuat dari tiga jenis bahan baku, ada yang dibuat dari kayu, ada yang dipahat dari batu dan ada pula yang dibuat dari besi. Leusong yang dibuat dari kayu, harus dipilih kayu yang kuat serta tahan lama seperti pohon nangka, bak keupula (pohon tanjung) dan jenis-jenis kayu keras lainnya. []
Referensi:
Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo. 2007. Ragam Peralatan Tradisional Pada Masyarakat Aceh. Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Aceh.
Editor: Muhammad Abdul Hidayat