Beranda Pemira USK Cara-cara KPR Meminimalisir Golput

Cara-cara KPR Meminimalisir Golput

BERBAGI
Ilustrasi. (Wendi Amiria/DETaK)

Fitri Ramadina I DETaK

Darussalam – Komisi Pemilihan Raya (KPR) USK 2022 menyelenggarakan Pemilihan Raya atau Pemira di Universitas Syiah Kuala. Pemira ini diselenggarakan dalam rangka pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dan anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa USK periode 2022-2023. Pemira serentak dilaksanakan di dua belas fakultas yang ada di USK mulai dari tanggal 22-23 April 2022. Mengingat USK masih memberlakukan kuliah secara daring maka Pemira tahun ini juga dilaksanakan secara online melalui e-voting.

Hasil dari wawancara kami dengan pihak KPR. Syarat dari mahasiswa yang bisa memilih dalam pemira tahun 2022 ini adalah mereka yang memenuhi syarat sebagai DPT (Dewan Pemilih Tetap), adapun golongan DPT adalah seluruh mahasiswa yang masih aktif NPM (Nomor Pokok Mahasiswa) dari angkatang mana pun. Target mahasiswa yang tercatat sebagai DPT pada Pemira tahun ini adalah 32.000 mahasiswa.

Iklan Souvenir DETaK

Banyak hal yang sudah dilakukan pihak KPR USK untuk meminimalisir mahasiwa yang tidak memberikan suaranya dalam pemira ini alias golput. Mengutip dari pemaparan salah satu panitia KPR USK 2022, pihak KPR sudah membagikan informasi terkait pemira dan bagaimana metode pemilihan melalui e-voting di media sosial sebagai usaha untuk meminimalisir gololongan putih.

“Jadi kami dari KPR itu pertama dari media sosial, di media sosial udah kami up. Jadi, kalau mahasiswa udah pasti tahu lah. Kami juga dari pribadi ada up juga nge-share kalau emang hari ini pemilihan. Mungkin kan dari kawan-kawan disini pun juga cuma bukan satu fakultas, kami beda-beda fakultas disini. Jadi dari situ kawan-kawan bisa lihat juga banyak yang nge-share tu, banyak yang ngasih kabar, jadi itu udah kami minimalisir,” ungkap Denny Bagus Pratama, anggota Divisi Seleksi Pemira KPR 2022.

Adapun keterangan dari pihak mahasiswa sendiri terkait munculnya golongan putih ini adalah akibat dari kurangnya informasi terkait siapa yang mereka pilih, bagaimana kategorisasi BEM yang seharusnya dan juga profil calon-calon yang akan mereka pilih.

“Dari sudut pandang aku, kenapa mahasiswa golput karena mereka gak tau informasi terkait siapa yang mereka pilih, gimana sih kategoritas orang ini, para calon-calon pemira ini buat pilih mereka gak tahu. Mereka merasa ‘suaruku gak penting jugak’. Dan menurut aku cara pertama biar mahasiswa gak golput adalah informasi dan publikasi yang seluas-luasnya terkait pemira ini, baik itu calon, informasi calon, dll. Yang kedua adalah sosialisasi terkait apa sih peran BEM ini, apa sih peran pemira ini bagi mahasiswa. Karena banyak mahasiswa yang golput itu karena dia merasa nggak penting suaranya, dia merasa oke mau siapapun presiden mahasiswanya gak akan berdampak sama aku, dan mereka nggak tau pentingnya suara mereka, makanya menurut aku sosialisasi itu penting,” pungkas Marini Koto, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, USK.[*]

Editor: Amanta Haura