Alfi Nora [AM] | DETaK
Darussalam – Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang diadakan pada 8 Mei 2018 di Universitas Syiah Kuala menimbulkan antusiasme yang tinggi dari para peserta.
Sejumlah peserta seleksi memilih jurusan yang berbeda dengan yang ditekuninya saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini terbukti dari banyaknya calon mahasiswa yang memilih seleksi Ilmu Pengetahuan Campuran (IPC). Meskipun kurangnya persiapan dalam mempelajari mata pelajaran tersebut, mereka tetap semangat mengikuti SBMPTN pada tahun ini.
Antusiasme lainnya juga terlihat pada dua peserta tunanetra yang mengikuti seleksi di Unsyiah dan peserta yang tetap mengikuti tes meskipun dalam keadaan yang tidak prima.
Para peserta sangat yakin dengan pilihan mereka, Pascarini salah satunya. Ia memilih seleksi IPC dan memilih jurusan pertanian meskipun saat sekolah ia berada di jurusan IPS.
“Saya memilih pertanian karena saya berasal dari Takengon, di Takengon sendiri belum banyak tenaga ahli dalam mengelola perkebunan, pabrik-pabrik pun masih banyak yang kurang,” tuturnya.
Sejumlah peserta mengakui memilih seleksi bidang IPC menjadi tantangan tersendiri bagi calon mahasiswa, terlebih bagi peserta seleksi yang tidak mengikuti Bimbingan Belajar (Bimbel).
“Kesan dari soalnya mengerikan, saya gak nyangka soalnya sesusah itu, pas SMA gak ada bayangan tentang soal ini, karena saya dari IPS dan sekarang saya ambil IPC, yang ada IPA dan IPS-nya, dengan modal niat dari dalam hati saya bersikukuh untuk mengikuti seleksi ini meski tanpa bimbel dan belajar sekalipun,” ungkap Pascarini.
Salmila Fazira menambahkan bahwa ia merasa senang karena telah menyelesaikan SBMPTN dan berharap dapat diterima di jurusan yang diinginkan.
“Senang karena hampir selesai semuanya, kendalanya meskipun saya dari IPA ada beberapa soalnya yang baru saya lihat. Dan dari pengawas pun sangat baik, karena mereka sudi menjelaskan apabila ada kekeliruan,” tutupnya. []
Editor : Missanur Refasesa