Rahma Hadidah | DETaK
Duri merupakan ibukota Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Wilayah ini mendapat sebutan sebagai “Kota Minyak” yang sudah melekat pada daerah ini sejak dulu. Jika dilihat dari segi luas wilayahnya, Duri merupakan daerah yang kecil namun mampu menyumbang sekitar 60% produksi minyak mentah Indonesia dengan rata-rata produksi 400.000-600.000 barel per hari.
Berada di jalur Raya Lintas Sumatera sekitar 120 km dari Kota Pekanbaru menuju Medan, Kota Duri merupakan kota yang letaknya dinilai sangat strategis. Kota ini memiliki peran penting di tingkat nasional. Pendapatan negara dan daerah juga bertumpu pada kegiatan produksi minyak di Lapangan Duri masuk Wilayah Kerja (WK) Rokan yang saat ini dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia atau dulu dikenal dengan nama Caltex.
Besarnya jumlah minyak yang telah diproduksi di Kota Duri membuat Kota Duri mendapat julukan sebagai kota minyak. Hal tersebut dapat dibuktikan jika kita ingin memasuki Kota Duri, maka kita dapat melihat tulisan di sepanjang jalan yang bertuliskan “Selamat Datang di Kota Minyak Duri”.
Selain itu, kita juga dapat melihat monumen minyak lainnya di sepanjang jalan menuju Kecamatan Pinggir. Perkembangan Kota Duri khususnya dan Kabupaten Bengkalis serta Provinsi Riau diawali dari penemuan minyak di kota tersebut. Tim dari Caltex berhasil menemukan minyak Duri pada tahun 1941. Keberhasilan tersebut berlanjut dengan penemuan berikutnya di Lapangan Minas pada tahun 1944. Dengan kapabilitas dan teknologi yang dikembangkan PT CPI, kedua daerah tersebut terus menerus berkembang dan konsisten menjadi tulang punggung produksi minyak nasional.
Minyak bumi yang dihasilkan Lapangan Duri dikenal dengan nama Duri Crude. Lapangan ini terus produktif hingga sekarang berkat penerapan teknologi injeksi uap (steamflood). Terobosan teknologi ini mampu memperpanjang usia Lapangan Duri dan menjaga tingkat produksi. Perkembangan dan perekonomian masyarakat Kota Duri pun tak bisa lepas dari denyut kegiatan produksi minyak.
Tahun 1954 Lapangan Duri mulai berproduksi untuk memperlancar kegiatan operasi dan pengiriman minyak ke Dermaga Dumai, PT Chevron Pacific Indonesia pada saat itu membangun jalan dan jaringan pipa sepanjang 57 km antara Kota Duri dan Dumai. Jalan dan jaringan ini diselesaikan pada tahun 1958, disusul dengan pembangunan Jembatan Ponton pada 1959 yang menghubungkan Kota Pekanbaru bagian selatan dan utara.
Rampungnya Jembatan Ponton yang menyebrangi Sungai Siak merupakan awal terhubungnya jalan darat dari Kota Padang di pantai barat Sumatera dengan Kota Dumai di pantai timur. Terbukanya lalu lintas darat yang memotong Sumatera bagian tengah ini mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kota-kota di pesisir timur Pulau Sumatera, terutama Duri dan Dumai. Pada Tahun 1977 Jembatan Ponton ini resmi diganti oleh Caltex menjadi Jembatan Siak.
Sebelum daerah-daerah lain di Riau maju, Duri sudah lebih dahulu mengenal jalan berminyak. Ini tentu sebelum adanya jalan aspal seperti sekarang. Jalan minyak dibuat oleh perusahaan minyak Caltex untuk membuka akses ke berbagai lokasi-lokasi wilayah tambang minyak.
Proses pembuatan jalan berminyak adalah dengan mengeraskan tanah (jalan) dengan lapisan minyak mentah atau minyak limbah. Hal ini dilakukan untuk menunjang kegiatan produksi. Dalam pengembangan produksi minyak di Kota Duri, terdapat perusahaan kontraktor mulai dari Schlumberger, Halliburton, dan Tripata-Fluor, serta perusahaan-perusahaan kecil lainnya.
#30HariKilasanSejarah
Editor: Feti Mulia Sukma